Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga TBS sawit di Sumatra Utara (Sumut) pekan ini mulai naik dan bisa sedikit mengobati kekecewaan petani setelah pekan lalu ada yang mendapatkan harga di bawah Rp 1.000/kg. Keputusan pemerintah untuk menghapus tarif pungutan ekspor kelapa sawit dan turunannya hingga 31 Agustus 2022 membuat harga CPO mulai naik yang berimbas juga ke harga TBS di tingkat petani.
Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), harga patokan tertinggi TBS di daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini Rp 1.510 dari pekan lalu Rp 1.306/kg. Sementara harga terendah pekan ini Rp 1.030/kg dari pekan lalu berada di angka Rp 800/kg. Jika melihat harga di semua daerah penghasil sawit di Sumut, ada yang harganya naik hingga Rp500/kg dibandingkan pekan lalu.
Secara rinci, harga TBS di 15 daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini yakni:
Sementara itu, untuk harga rata-rata TBS di daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini berkisar Rp1.100 hingga Rp1.510/kg dari Rp800 hingga Rp1.305/kg di pekan lalu.
Menurut Ketua DPW Apkasindo Sumut, Gus Dalhari Harahap, kenaikan harga TBS pekan ini dipengaruhi oleh penghapusan tarif pungutan ekspor. "Mudah-mudahan harga bisa terus naik. Karena penghapusan hanya berlaku hingga akhir Agustus 2022," katanya, Rabu (20/7/2022).
Gus mengatakan, dengan adanya kenaikan harga di pekan ini, pengawasan terkait tata niaga sawit rakyat harus benar-benar dilakukan pemerintah agar petani mendapatkan harga yang sesuai. Karena meski sudah naik, namun harga yang didapatkan petani saat ini masih jauh dari level Rp3.000-an/kg.
"Sebelum ekspor CPO dilarang, sudah ada daerah penghasil yang mendapatkan harga di level Rp3.400/kg. Namun terus anjlok dan ada daerah yang akhirnya hanya dapat harga di bawah Rp1.000/kg. Jadi dengan kenaikan pekan ini, petani senang. Meski baru Rp200 hingga Rp300/kg. Karena itu, upaya pemerintah jangan berhenti disini. Karena kalau nanti tarif pungutan ekspor berlaku lagi, harga bisa jadi akan jeblok. Makanya petani berharap pemerintah ada formula yang tepat agar harga tidak jatuh lagi," kata Gus.