Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Labura. Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatra Utara sempat anjlok hingga Rp 500. Harga yang anjlok membuat warga semakin kurang bergairah ditambah kondisi jalan yang berlumpur serta membawa hasil panen menyeberangi Sungai Kualuh.
Rum Tanjung (50), warga Desa Kuala Bangka Kecamatan Kualuh Hilir yang juga memiliki kebun sawit, mengatakan harga sawit sempat anjlok hingga Rp 500, namun harga sudah mulai naik semenjak sekitar 3 hari lalu.
"Dua hari lalu harganya sudah Rp 900 per kg. Kabarnya kemarin ada kenaikan sekitar Rp 30 sampai dengan Rp 50," kata Rum.
Sebelumnya dikabarkan bahwa harga TBS kelapa sawit di Sumatra Utara pekan ini mulai naik dan bisa sedikit mengobati kekecewaan petani setelah pekan lalu ada yang mendapatkan harga di bawah Rp 1.000/kg. Keputusan pemerintah untuk menghapus tarif pungutan ekspor kelapa sawit dan turunannya hingga 31 Agustus 2022 membuat harga CPO mulai naik yang berimbas juga ke harga TBS di tingkat petani.
Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), harga patokan tertinggi TBS di daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini Rp 1.510 dari pekan lalu Rp 1.306/kg. Sementara harga terendah pekan ini Rp 1.030/kg dari pekan lalu berada di angka Rp 800/kg. Jika melihat harga di semua daerah penghasil sawit di Sumut, ada yang harganya naik hingga Rp 500/kg dibandingkan pekan lalu.
Menurut Ketua DPW Apkasindo Sumut, Gus Dalhari Harahap, kenaikan harga TBS pekan ini dipengaruhi oleh penghapusan tarif pungutan ekspor. "Mudah-mudahan harga bisa terus naik. Karena penghapusan hanya berlaku hingga akhir Agustus 2022," katanya, Rabu (20/7/2022) sebagaimana dikutip dari Medanbisnisdaily.com.
Gus mengatakan, dengan adanya kenaikan harga di pekan ini, pengawasan terkait tata niaga sawit rakyat harus benar-benar dilakukan pemerintah agar petani mendapatkan harga yang sesuai. Karena meski sudah naik, namun harga yang didapatkan petani saat ini masih jauh dari level Rp3.000-an/kg.
"Sebelum ekspor CPO dilarang, sudah ada daerah penghasil yang mendapatkan harga di level Rp3.400/kg. Namun terus anjlok dan ada daerah yang akhirnya hanya dapat harga di bawah Rp1.000/kg. Jadi dengan kenaikan pekan ini, petani senang. Meski baru Rp200 hingga Rp300/kg. Karena itu, upaya pemerintah jangan berhenti disini. Karena kalau nanti tarif pungutan ekspor berlaku lagi, harga bisa jadi akan jeblok. Makanya petani berharap pemerintah ada formula yang tepat agar harga tidak jatuh lagi," kata Gus.