Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Inggris diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan di tahun 2023 menjadi hanya 0,5%. Angka ini jauh lebih rendah dari perkiraan pada bulan April, yaitu sebesar 1,2%.
IMF menyebut jika ekonomi global mengalami penyusutan untuk pertama kalinya sejak 2020. Biang keladinya adalah COVID-19 yang menghantam perekonomian global.
Pelambatan pertumbuhan di Inggris, China, AS dan Eropa mendorong sejumlah negara ke jurang resesi global.
"Kami tahu bahwa orang merasakan dampak kenaikan harga yang disebabkan oleh faktor ekonomi global, dipicu oleh invasi ilegal Rusia ke Ukraina," kata juru bicara HM Treasury, dikutip dari BBC, Rabu (27/7/2022).
IMF telah memangkas perkiraan pertumbuhan global 2022 menjadi hanya 3,2%. IMF bahkan memperingatkan kemungkinan skenario yang lebih buruk dari ini.
Kenaikan komoditas barang menjadi hal yang harus disalahkan dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Rumah tangga dan bisnis semakin tertekan oleh kombinasi harga yang melambung, dan biaya pinjaman yang semakin tinggi akibat kenaikan suku bunga.
"Ekonomi global, yang masih belum pulih dari pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina, menghadapi prospek yang semakin suram dan tidak pasti," tulis ekonom Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah blog.
Prospek yang gelap telah terjadi secara signifikan sejak April, saat IMF terakhir kali merilis perkiraannya. Ekonomi global mengalami kontraksi dalam tiga bulan hingga Juli, yang merupakan penurunan pertama sejak pandemi melanda.
Probabilitas resesi di negara-negara G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS, dan Inggris sekarang menjadi 15%, hampir empat kali lebih tinggi dari biasanya.
Sementara pertumbuhan Inggris diperkirakan akan tetap relatif kuat tahun ini. Gourinchas mengatakan inflasi yang luar biasa tinggi diperkirakan akan berdampak pada 2023.
"Satu hal yang lebih mengkhawatirkan saya tentang ekonomi Inggris adalah bahwa angka inflasi mereka tampaknya cukup tinggi. Ada peralihan yang cukup tinggi dari harga gas yang tinggi ke harga yang lebih luas dalam perekonomian,"sambungnya
IMF sekarang memperkirakan inflasi akan mencapai 6,6% di negara maju dan 9,5% di negara berkembang. Proyeksi inflasi di negara berkembang naik satu poin dibandingkan prediksi di bulan April.(dtf)