Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) (The Federal Reserve/The Fed) resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) menjadi kisaran 2,25-2,5%. Keputusan itu dilakukan untuk menekan angka inflasi negara tersebut yang terus merangkak naik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal ini berpotensi mempengaruhi kesehatan ekonomi global. Berkaca dari sebelumnya, kenaikan suku bunga AS biasanya selalu diikuti dengan krisis keuangan di negara berkembang.
"Secara historis setiap kali AS menaikkan suku bunga apalagi secara sangat agresif, biasanya diikuti oleh krisis keuangan dari negara-negara emerging seperti yang terjadi pada 1974, 1980-an dan akhir 1980-an," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa secara virtual, Rabu (27/7/2022) lalu.
Besarnya pengaruh kenaikan suku bunga AS terhadap negara berkembang karena mata uangnya (Dolar AS) mendominasi lebih dari 60% transaksi dunia. Sri Mulyani menyebut kondisi ini turut dipantau oleh institusi keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
"Ini jadi salah satu hal yang jadi risiko yang dipantau oleh institusi seperti IMF dalam melihat kerawanan negara-negara developing dan negara-negara emerging," jelasnya.
Volatilitas yang meningkat menimbulkan kemungkinan penurunan atau pelemahan kinerja ekonomi negara-negara di seluruh dunia. Survei Bloomberg belum lama ini menunjukkan potensi terjadinya resesi di berbagai negara khususnya di Amerika Serikat (AS), Eropa dan beberapa Negara Asia.
Indonesia termasuk negara yang masuk dalam daftar dengan potensi resesi 3%. Meski jauh lebih rendah dibanding banyak negara lain, Sri Mulyani meminta agar semua tetap waspada.
"Kita harus tetap waspada karena semua indikator ekonomi dunia itu mengalami pembalikan yaitu dari tadinya recovery jadi pelemahan. Pada saat yang sama kita juga melihat kompleksitas dari policy yang bisa menimbulkan spillover policy dari moneter di negara-negara maju berpotensi menimbulkan spillover atau imbas negatif ke negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia harus juga waspada," ujar Sri Mulyani.(dtf)