Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Keputusan pemerintah menghapus pungutan ekspor CPO dan turunannya berkontribusi besar dalam mendongkrak harga TBS di tingkat petani. Tren kenaikan harga TBS masih berlanjut hingga pekan ini. Bahkan, sudah ada daerah penghasil sawit di Sumatra Utara (Sumut) yang menembus level Rp2.000-an/kg, tepatnya Rp2.020/kg. Karena pekan lalu, harga tertingginya baru Rp1.870/kg. Namun sayangnya, ada daerah penghasil yang harga patokannga turun tipis.
Secara rinci, harga TBS di 15 daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini yakni:
1. Langkat Rp1.900 dari sebelumnya Rp1.810/kg
2. Deli Serdang turun jadi Rp1.700 dari sebelumnya Rp1.750/kg
3. Serdang Bedagai Rp1.950 dari sebelumnya Rp1.700/kg
4. Simalungun Rp1.930 dari sebelumnya Rp1.650/kg
5. Batubara Rp1.800 dari sebelumnya Rp1.510/kg
6. Asahan Rp1.850 dari sebelumnya Rp1.550/kg
7. Labuhanbatu Utara Rp1.970 dari sebelumnya Rp1.570/kg
8. Labuhan Batu Rp1.950 dari sebelumnya Rp1.620/kg
9. Labuhanbatu Selatan Rp1.960 dari sebelumnya Rp1.600/kg
10. Padanglawas Utara Rp1.980 dari sebelumnya Rp1.760/kg
11. Padanglawas Selatan Rp2.020 dari sebelumnya Rp1.870/kg
12. Tapanuli Selatan Rp1.880 dari sebelumnya Rp1.530/kg
13. Tapanuli Tengah Rp1.870 dari sebelumnya Rp1.560/kg
14. Mandailing Natal Rp1.790 dari sebelumnya Rp1.630/kg
15. Pakpak Bharat Rp1.700 dari sebelumnya Rp1.510/kg
Sementara itu, untuk harga rata-rata TBS di daerah penghasil sawit di Sumut pekan ini berkisar Rp1.700 hingga Rp2.020/kg dari pekan lalu Rp1.500 hingga Rp1.870/kg.
Menurut Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, kenaikan harga TBS pekan ini membuat petani semakin optimis jika harganya bakal terus naik. "Tentu petani berharap nanti setelah penghapusan pungutan ekspor berakhir, harga akan bertahan tinggi. Karena saat itu, diharapkan PKS-PKS tidak lagi memiliki stok CPO. Berharap semuanya stok-nya sudah terserap pasar," katanya, Selasa (16/8/2022).
Dikatakan Gus, meski untuk mencapai level Rp3.000-an/kg masih jauh, tapi petani optimis bisa kembali mendapatkan harga itu jika melihat tren kebaikan beberapa pekan ini. Hal itu memang perlu konsistensi agar TBS tidak anjlok lagi.
"Karena jika ada polemik misalnya seperti larangan ekspor CPO beberapa waktu lalu, petanilah paling dirugikan. Jadi sangat berharap ke depan pemerintah juga melihat dari posisi petani jika mau mengambil kebijakan. Karena tanpa ada polemik atau aturan semacam itu, kadang harga yang diperoleh petani juga tidak secepat harga yang berlaku di pasar," kata Gus.