Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
“Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” merupakan tema yang diangkat pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia (RI) 2022 ini.
Seakan terlahir kembali, memang pada HUT ke-77 RI ini harus menjadi momentum awal membangkitkan segala kelemahan kita setelah kurang lebih 3 (tiga) tahun berjibaku dengan pahitnya pandemi Covid-19. Sejak dilanda pandemi, kehidupan kita khususnya bernegara memang mengalami penurunan yang pesat. Berbagai sektor terkena dampak. Ekonomi, pendidikan, sosial, dan tentunya kesehatan mengalami penurunan.
Setelah mengalami masa-masa pahit tersebut, rasanya memang perlu adanya momentum dari perbaikan itu semua. Tentunya momen yang bisa dirasakan oleh seluruh kalangan yang ada di negeri penuh keberagaman ini. Bukan perayaan hari besar keagamaan, bukan pula momentum tahun baru, tapi mungkin momentum HUT RI adalah jawabannya yang kita cari selama ini.
Berbagai kegiatan di HUT RI kali ini pun tampaknya sudah kembali normal. Hal itu patut kita syukuri tentunya. Meskipun begitu kita juga harus tetap waspada karena pandemi belum usai akan tetapi setidaknya hal-hal baik yang kita harapkan sudah mulai bisa kita rasakan saat ini. Pelaksanaan pengibaran bendera, pawai, perlombaan dan hal-hal yang dapat menyemarakan HUT RI sudah mulai bermunculan saat ini.
BACA JUGA: Menjaga Kesehatan Mental Diaspora di Tengah Pandemi
Semisal di Provinsi Sumatera Utara, pada pelaksanaan upacara pengibaran bendera pusaka merah putih sudah dikukuhkannya 66 Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) atau dalam kata lain sudah dalam formasi lengkap. Berkaca pada dua tahun terakhir, upacara pengibaran bendera yang diadakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara tidak dengan formasi lengkap. Pada tahun 2020 hanya 8 orang dan pada tahun 2021 sebanyak 16 orang Paskibraka.
Dalam hal tersebut sebenarnya bukan hanya bicara soal angka. Penulis disini berpendapat jika formasi lengkap yang dipakai dalam pelaksanaan upacara HUT RI yang diadakan oleh Pemprov Sumatera Utara merupakan salah satu indikator bahwa kita harus sudah saatnya bangkit dari pandemi. Hal itu juga berpengaruh kepada semangat nasionalisme yang ada pada para siswa dan siswi yang ada di bangku sekolah dalam memperebutkan tempat menjadi seorang Paskibraka.
Selain itu, kegiatan lainnya juga terlihat saat Polisi Daerah (Polda) Sumatera Utara melakukan kegiatan tebar 30.000 bendera merah putih kepada masyarakat pada Selasa (16/08/2022). Hal yang kelihatannya sederhana, tapi sebenarnya bisa memancing semangat nasionalisme kita semua bangkit kembali, setelah tertidur terlalu lama dalam buaian pandemi Covid-19. Kegiatan-kegiatan seperti ini juga diharapkan dapat ditiru oleh berbagai elemen negara hingga masyarakat, seperti Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan kota hingga lapisan paling bawah.
Sedikit kita mengingat betapa pedihnya saat-saat para pahlawan dahulu memperjuangakan kemerdekaan negeri ini. Beratus tahun menjalani pahitnya hidup melawan dan melewati masa penjajahan. keringat, harta bahkan nyawa tak sedikit kadang dipertaruhkan di masa-masa itu, hanya demi tujuan memerdekakan negeri yang sama-sama kita nikmati saat ini. Sedih rasanya jika kita yang sudah hidup tenang saat ini, jika hanya sekedar untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme saja tidak mau.
Bukan omong kosong, banyak memang kelakukan masyarakat saat ini yang tidak menghargai hal-hal tersebut. Contoh saja, masih banyak saat ini masyarakat yang enggan memasang bendera di depan rumahnya. Hal sesederhana itu saja kerap dilupakan. Bahkan banyak pedagang-pedagang bendera merah putih yang setengah mati dihiraukan saat berjualan di pinggiran jalan setiap mendekati tanggal 17 Agustus. Menurut penulis hal-hal seperti ini sudah sangat tidak menghargai jasa dari para pahlawan terdahulu. Seharusnya kita bisa menjaga semangat nasionalisme ini dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Jika ini tidak bisa dilakukan, atau bahkan dilupakan, bukan tidak mungkin kedepan anak-anak bangsa tidak ada lagi yang menghargai negaranya sendiri.
Jika diingat kembali, pada zaman dahulu, Mohammad Hatta pun pernah bertekad jika dirinya tidak akan menikah sebelum Indonesia Merdeka. Sikap cinta tanah air Hatta yang satu ini memang cukup pangling jika kita baru mengetahuinya. Akan tetapi itulah faktanya. Sebegitunya Hatta cinta kepada Indonesia. Lalu bagaimana dengan kita? Hal kecil dari negeri pun kadang terlupakan. Atau bahkan sengaja dilupakan.
Mendekati atau pada saat masa-masa peringatan HUT RI seperti ini juga kita kadang sering menjumpai berbagai ragam perlombaan. Pada HUT 77 RI tahun ini juga sudah mulai banyak perlombaan yang diselenggarakan oleh berbagai elemen dalam menyemarakkan hari lahir bangsa ini. Kembali harus kita syukuri hal ini. Perlombaan-perlombaan seperti yang kita ketahui bersama seperti ini sebenarnya jika dipandangan dalam perspektif yang lebih luas sebenarnya memiliki filosofi yang cukup dalam. Filosofi kerja sama atau gotong royong, fisosofi meraih kemenangan, dan filosofi pantang menyerah pun turut terkandung pada perlombaan-perlombaan tersebut. Sungguh sayang jika kita menyadarinya sekarang.
Lagi dan lagi, HUT ke-77 RI ini memang harus menjadi momentum awal kita dalam membangkitkan atau malah membangun kembali jiwa nasionalisme kita terhadap bangsa ini yang telah pudar dilanda pahitnya pandemi Covid-19. Mulailah kembali dari hal-hal sederhana, agar jiwa nasionalisme kita tetap terjaga dan terawat untuk bangsa ini. Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. Dirgahayu negeriku!
====
Penulis Aktivis Mahasiswa, Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teropong UMSU, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FISIP-UMSU).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]