Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, bertemu dengan para pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (23/08/2022).
Edy Rahmayadi menyebut pertemuan yang diprakarsai Tokoh Masyarakat Rahudman Harahap itu sebagai salah satu sarana mensinergikan peran bersama untuk mendukung program pembangunan Sumut yang bermartabat.
Di hadapan para pengurus BEM, Gubernur Edy Rahmayadi, antara lain berbicara soal 3.005,65 km panjang jalan status provinsi di Sumut. Dari jumlah itu, masih banyak ruas jalan yang rusak.
Ia mengemukakan pentingnya segera melakukan percepatan pembangunan jalan rusak, yakni melalui proyek pembangunan jalan dan jembatan Sumut Rp 2,7 triliun. Tujuannya untuk mendorong pergerakan ekonomi masyarakat.
"Memang nekat sekali Sumatera Utara ini. Uangnya hanya Rp 300 miliar satu tahun. Kalau buat jalan itu, 1 kilo (km) Rp 5 miliar harganya. Jadi kalau 3.000 kilo, uangnya Rp 300 miliar, berapa kilo (yang bisa dibangun)?," tanya Edy.
"Siap hanya 60 km pak," jawab Kadis Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut, Bambang Pardede, yang hadir mendampingi Gubernur Edy pada pertemuan itu.
Artinya kalau hanya 60 km per tahun yang bisa dibangun, menurut Edy Rahmayadi tidak efektif. "Inilah yang mengakibatkan jalan di Sumatera Utara adalah jalan yang terjelek di dunia," ujar Edy.
Sambil memperlihatkan slide gambar sejumlah titik ruas jalan rusak di Sumut, Gubernur Edy Rahmayadi menyatakan kerap mendapat kritikan bahkan "kutukan" dari masyarakat.
Karena itulah, kata Edy, dihadirkan proyek jalan dan jembatan Sumut Rp 2,7 triliun. Ia menjelaskan hadirnya proyek Rp 2,7 triliun, proyek fantastis dalam sejarah pembangunan jalan di Sumut itu, tidaklah mudah.
Awalnya yang diprogramkan adalah percepatan pembangunan jalan melalui skema pinjam dana ke PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Persero. "Tau-tau bunganya 6 persen. Waduh bunga 6 persen habislah kita bayar bunga itu," jelasnya.
Gagal dari skema itu, kemudian lanjut ke skema rencana memakai bantuan pinjaman (loan) dari Jepang. "Negara tak mau, nanti negara mencicil itu, panjang prosesnya, kata Pak Manoarfa (Menteri Bappenas)," jelas Edy.
Setelah itu diupayakan lagi lewat skema pinjaman government to goverment (G to G) dengan Korea Selatan yang cicilannya ditanggung Pemprov Sumut. "Dapat duit, tapi satu syarat harus ada penjamin dari menteri keuangan, tak keluar, tak bisa lagi," jelas Edy lagi.
Karena itu pada akhirnya rencana selanjutnya dipilih lewat skema pembangunan jalan dan jembatan Sumut Rp 2,7 triliun secara multiyears bermetode terintegrasi design & build (rancang bangun).
"Oh itu tidak sah, tidak adil, tidak apa, walah banyak kali cerita kalian," sebut Edy. "Sehingga 450 km untuk rakyat yang khususnya jalan yang seperti-seperti itu, inilah kita gunakan tadi, multiyears, tahun jamak," jelasnya.
Namun ia sangat menyesalkan munculnya tudingan sejumlah pihak bahwa proyek Rp 2,7 triliun itu lebih pada kepentingan politik Edy Raymayadi di tahun 2024 mendatang.
"Yang kedua yang sangat saya sesalkan kata-kata kalau ini jalan berlanjut, nanti si Edy itu lanjut lagi jadi gubernur. Alamak, kacau," sebutnya.
Ia menjelaskan proyek Rp 2,7 triliun itu dirancangnya sejak 2019 yang lahir dari niat dan visi misinya memperbaiki jalan rakyat. Hal itu penting karena akan meningkatkan pendapatan rakyat.
"Kita turunnya logistik kita dari Karo ke Medan, dari Sibolangit itu, berapa waktu berapa jam macet. Untuk itu dibukalah jalan Medan Tuntungan sampai ke Tahura tembus sampai ke Gundaling, Karo," jelas Edy lagi.
Mantan Pangkostrad itu menegaskan akan mempertanggungjawabkan pembangunan jalan dan jembatan Rp 2,7 triliun itu di dunia dan akhirat. Karena untuk kepentingan rakyat, Gubernur Edy pun berharap agar mahasiswa dan Pemprov Sumut bersama-sama mendukung suksesnya pembangunan proyek prioritas itu.