Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdailycom-Taput. Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Sidilanitano di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara terkesan terlantar dan tidak terawat. Padahal jaringan Irigasi ini merupakan sumber air irigasi bagi sekitar 2.000 Ha sawah Daerah Irigasi (DI) Sidilanitano, yang membentang di wilayah beberapa desa di Kecamatan Siborongborong hingga Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.
Disebut -sebut, pembangunan Jaringan Irigasi Sidilanitano dimulai pada tahun 2020 lampau berupa bangunan induk Bendungan Sidilanitano di bagian hulu. Kemudian pada tahun 2021 dilanjutkan dengan pembangunan jaringan sekunder dan tersier ke petak sawah. Proses pembangunannya telah menghabiskan anggaran hingga puluhan miliar dan hingga saat ini, lanjutan pembangunannya masih berlangsung untuk tahap III.
Diduga, pemeliharaan jaringan Irigasi tidak dijalankan, sehingga bangunan jaringan Irigasi yang telah selesai dan dioperasikan terkesan terlantar dan tidak terawat. Pemeliharaan jaringan Irigasi dimaksud mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR Nomor 12/PRT/M/ 2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Yaitu upaya menjaga dan mengamankan jaringan Irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus.
Dari pengamatan Medanbisnisdailycom Jumat (2/8/2022) kesan terlantar dan tidak terawat terlihat jelas pada Saluran Sekunder (saluran yang mengalirkan air irigasi dari saluran primer ke petak tersier). Hampir sepanjang 2 kilometer saluran sekunder yang melintasi hamparan sawah di Desa Lumban Tongatonga, Kecamatan Siborongborong ditumbuhi semak belukar di kedua sisi. Aliran air terlihat tersendat karena terhambat endapan lumpur cukup tebal. Aliran air tidak maksimal juga disebabkan tumbuhan lumut di bagian dalam saluran sekunder. Jalur inspeksi juga ditumbuhi semak belukar.
Selain itu, sejumlah pintu air di sepanjang saluran sekunder, sebagai pembagi air irigasi ke saluran tersier juga tidak terawat dan berkarat dimakan korosi.
Saat dimintai keterangan, sejumlah petani yang sedang bekerja di sawah yang dilintasi saluran sekunder Jaringan Irigasi Sidilanitano mengaku tidak tahu menahu soal pemeliharaan jaringan Irigasi dimaksud. "Kami kurang paham soal perawatan jaringan Irigasi. Sepanjang yang kami tahu, sejak dibangun tidak pernah ada orang yang melakukan perawatan," kata para petani.
Kepala Desa Lumban Tongatonga, Ali Sadikin Nababan, saat dikonfirmasi soal Saluran Irigasi Sidilanitano di desanya yang tidak terawat, mengaku kecewa akan hal itu. Dia mengaku, pada saat pembangunan Jaringan Irigasi Sidilanitano, ada pihak yang menjanjikan akan menyediakan tenaga pemeliharaan berupa pekarya saluran maupun juru pengairan.
Namun aku dia, hingga saat ini tidak ada satu orang pun siapa juru pengairan atau petugas (pekarya saluran) yang dijanjikan. "Kami kecewa, ternyata juru pengairan atau pekarya saluran yang dijanjikan tidak pernah terealisasi," ungkapnya.