Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sepanjang Januari-Juli 2022, perdagangan luar negeri Sumatra Utara (Sumut) mencatatkan surplus US$3,957 miliar, dimana ekspor mencapai US$7,674 miliar sementara impor hanya senilai US$3,717 miliar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, lima dari 10 negara yang menjadi mitra dagang utama berkontribusi US$2,048 miliar terhadap surplus perdagangan Sumut yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, Cina, Belanda dan Rusia.
Perdagangan dengan AS memberikan untung terbesar bagi Sumut yakni senilai US$685,641 juta. Karena nilai ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$866,674 juta, sedangkan impor di periode yang sama hanya US$181,033 juta. Keuntungan kedua terbesar disumbangkan perdagangan dengan Jepang US$373,149 juta. BPS mencatat, ekspor Sumut ke Jepang mencapai US$412,788 juta sementara impor hanya senilai US$39,639 juta.
Negara ketiga yang berkontribusi terhadap surplusnya neraca perdagangan luar negeri Sumut sepanjang Januari-Juli 2022 adalah Cina. "Sumut mampu mengantongi keuntungan hingga US$344,459 juta. Dimana ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$1,244 miliar sementara impor di periode yang sama senilai US$900,301 juta," kata Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Sumut, Dinar Butar-butar, Rabu (7/9/2022).
Dinar mengatakan, Belanda juga menjadi negara yang memberikan keuntungan senilai US$338,037 juta. Karena impor hanya US$9,288 juta sedangkan ekspor mencapai US$347,326 juta.
Selanjutnya, kata Dinar, perdagangan dengan Rusia menghasilkan keuntungan US$306,893 juta, dimana ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$341,265 juta dan impor di periode yang sama mencapai US$34,372 juta.
Tapi meski secara keseluruhan masih surplus, kata Dinar, Sumut juga masih tekor berdagang dengan lima negara mitra utama yakni Singapura sebesar US$468,803 juta, Argentina senilai US$144,511 juta, Australia US$118,776 juta, Brasil sebesar US$84,444 juta dan dengan Malaysia rugi senilai US$61,129 juta.
Sejauh ini, kata Dinar, impor dari negara mitra dagang utama ini merupakan barang modal, bahan baku penolong dan barang konsumsi. Golongan barangnya diantaranya bahan bakar mineral, ampas/sisa industri makanan, mesin-mesin/pesawat mekanik, plastik dan brang dari plastik serta pupuk. "Selain itu ada juga bahan kimia organik, gula dan kembang gula, besi dan baja, baret dan barang dari karet serta gandum-ganduman," katanya.