Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sergai. Nelayan kecil (tradisional) di wilayah perairan Serdang Bedagai (Sergai), memilih 'tiarap' alias tidak melaut. Pasalnya pukat trawl atau harimau bebas beroperasi, sehingga tangkapan ikan mereka pun minim.
Damis (48), salah seorang nelayan di Pangkalan Pantai Kerumbuk Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Sergai, Rabu (7/9/2022), menyebutkan, saat ini para nelayan kecil memilih menambatkan sampannya di dermaga, karena tidak mampu mengimbangi para pengguna pukat trawl yang lebih modern.
"Nanti kami usir mereka melawan, mau kami langgar (tabrak) mereka pakai kapal lebih besar," keluh Damis.
Terkait dengan bebasnya pukat trawl beroperasi di wilayah zona 1 nelayan tradisional, pihaknya sudah sering menyampaikan keluhan ini kepada aparat kepolisian, karena nelayan pukat trawl ini beroperasi selama dua puluh empat jam. Tapi tidak ada juga tindakan.
"Dulu katanya Satpol Air dua puluh empat jam siaga, namun apa yang dua puluh empat jam," kata Damis.
Selain sudah pernah berunjuk rasa ke Polres Sergai, Damis juga mengaku sudah pernah mengadu ke gubernur, tapi tetap juga tidak ada tindakan. "Jadi kami mau ngadu kemana lagi?" tanya Damis.
Akibat pukat trawl ini, kata Damis, hasil tangkapan nelayan kecil turun drastis. Sehingga para nelayan tradisional di Desa Bogak Besar ini bingung, karena jika mereka melaut, biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan. "Biasanya kami satu sampan dapat dua puluh kilo, ini sekilo setengah satu sampan," keluh Damis.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Rahmad (38), salah satu nelayan di Pantai Bogak Indah, Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu Sergai.
Menurutnya, puluhan nelayan yang biasa melaut dari pantai ini, saat ini lebih memilih menambatkan sampan, karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan akibat beroperasinya pukat trawl."Balik modal pun nggak, ngapain kami melaut," katanya.