Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Hubungan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dengan DPD I Partai Golkar Sumut yang dipimpin Musa Rajekshah, terus memanas hingga saat ini. Proyek jalan dan jembatan Sumut Rp 2,7 triliun secara multiyears adalah sumber awal persoalan mereka.
Perseteruan mereka menyita perhatian publik. Apalagi bahwa Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Musa Rajekshah, juga merupakan Wakil Gubernur Sumut.
"Jadi gini, ini orang ini pura-pura, bukan pengusung saya ini," ujar Gubernur Edy Rahmayadi ke pengurus Partai Golkar Sumut di hajatan Partai Demokrat Sumut, Jumat (09/09/2022).
Sore harinya, di acara Perindo Sumut, Edy Rahmayadi juga menyindir Partai Golkar. Ia menyebut Golkar suka negatif thinking kepada dirinya. Beda dengan PDI Perjuangan, yang justru menurut Edy, baik kali saat ini.
Sejauh ini Partai Golkar Sumut belum merespon sindiran Edy Rahmayadi di acara Demokrat dan Perindo itu.
Namun Mahasiswa Beringin Partai Golkar Sumut, menilai seharusnya Edy Rahmayadi sebagai pemimpin Sumut, menjadi panutan dalam berpolitik.
Pengamat politik dari FISIP USU, Henry Sitorus Pane, mengatakan, ada tiga argumentasi yang membuat Edy Rahmayadi jor-joran menyerang Partai Golkar.
"Pertama self conciousness (kesadaran diri) bahwa Partai Golkar sangat sulit digapai karena iklim politik yang masih dinamis terkait pemilu 2024," katanya kepada wartawan, Senin (12/09/2022).
Sisi kedua, kata Henry, yakni karena adanya self confusing atau keraguan dari Edy atas keterbukaan Partai Golkar untuk menjadi perahu politik pada tahun 2024.
"Ketiga kemungkinan pak Edy memiliki self expectation atau harapan bahwa Partai Golkar tetap mengiringi kinerja beliau sebagai Gubernur Sumatera Utara," sebut Henry.
Pada sisi lain, ujar Henry lebih lanjut, Partai Golkar selaku pengusung Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS), memang masih memiliki tanggung jawab untuk memenuhi janji kampanye dan implementasi visi dan misi ERAMAS.
Hal ini yang dirasakannya menjadi tidak sejalan dengan kondisi yang ada dimana kebijakan dan kinerjanya ternyata mengalami dinamika dengan kebijakan politik Partai Golkar.
"Kini hubungannya jadi mengalami face pancaroba dan berpengaruh pada hubungan emosional atau rasa empati,” pungkas Henry.