Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sri Lanka akan membuat presentasi kepada kreditur internasionalnya soal penyelesaian utang pada hari Jumat mendatang. Seperti diketahui negara ini tengah alami krisis keuangan karena terlilit utang besar.
Dilansir dari Reuters, Senin (19/9/2022) pemerintah Sri Lanka bakal memaparkan sepenuhnya masalah ekonomi dan rencana untuk restrukturisasi utang dan dana talangan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) multi-miliar dolar.
Kementerian Keuangan Sri Lanka mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui firma hukum Clifford Chance akan ada panggilan online pada 23 September kepada krediturnya. Mereka akan terbuka untuk semua kreditur eksternal dan paparan itu bakal menjadi sesi interaktif di mana para peserta dapat mengajukan pertanyaan.
Salah urus ekonomi selama bertahun-tahun dikombinasikan dengan pandemi COVID-19 telah mendorong Sri Lanka ke dalam jurang krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Hal ini menyebabkan gagal bayar atas utang negaranya.
Kesengsaraan Sri Lanka memuncak pada Juli ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu dan mengundurkan diri setelah protes publik yang diwarnai kekerasan.
Penggantinya Ranil Wickremesinghe telah berhasil mencapai kesepakatan awal dengan IMF yang jika diformalkan akan memberikan negara itu pinjaman sebesar US$ 2,9 miliar atau sekitar Rp 43,21 triliun selama empat tahun (kurs Rp 14.900).
Dari sisi pandangan masyarakat, penduduk miskin yang memaksa Rajapaksa melarikan diri masih perlu menerima Wickremesinghe. Sosok presiden baru itu dilihat oleh banyak orang sebagai politikus yang tak berbeda dengan Rajapaksa karena menghadapi oposisi sengit.
Utang Sri Lanka begitu kompleks sehingga perkiraan total berkisar dari US$ 85-100 miliar lebih. Bila dirupiahkan jumlahnya mencapai Rp 1.126-1.490 triliun.
Mungkin yang paling menantang dari semuanya adalah penguatan regional yang bersaing. China, India, dan Jepang juga harus menemukan landasan bersama tentang cara mengurangi utang yang harus mereka terima dari Kolombo.(dtf)