Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan. Salah satunya adalah suku bunga acuan atau BI 7days reverse repo rate.
Bulan lalu, bank sentral telah menaikkan bunga acuan 25 bps menjadi 3,75%. Bagaimana bulan ini?
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan dengan tertekannya rupiah ini maka bunga acuan diprediksi akan naik. "Perkiraan bisa 25 bps hingga 50 bps. Karena tekanannya sudah cukup berat di rupiah dan inflasi, ini ancamannya sudah besar banget," kata Piter saat dihubungi, Kamis (22/9/2022).
Piter mengungkapkan, sangat kecil kemungkinan BI menahan bunga acuan karena terlalu berisiko dan tidak ada manfaatnya. "Sepertinya nggak mungkin kalau tidak dinaikkan, risikonya gede, bahkan kalau menaikkan 25 bps saja too risky," jelas Piter.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan RDG BI 22 September 2022 diperkirakan akan melanjutkan kenaikan BI7DRRR tetap sebesar 25 bps menjadi 4% dgn Lending dan Deposit Facility yg juga naik dengan poin persentase yang sama (25 bps).
Keputusan ini pada dasarnya mengacu kepada tujuan BI untuk menjaga stabilitas rupiah dan mengendalikan inflasi sesuai jangkar BI (2-4%) ditambah untuk tetap dapat menjaga momentum pertumbuhan.
Dengan inflasi tahunan (yoy) per Agustus lalu yang sebesar 4,69% dan inflasi September berkisar 5,9% serta ekspektasi inflasi sepanjang 2022 sebesar 5,24%, maka kenaikan BI7DRRR sebesar 25 bps merupakan opsi keputusan yang tepat.
Dorongan inflasi Agustus dan September dipicu oleh kenaikan harga BBM dengan efek ikutannya pada kenaikan tarif angkutan umum dan harga barang-barang kebutuhan pokok. Lebih lanjut hal itu meningkatkan ekspektasi inflasi di 2022 ini akan melampaui target yang 2-4% (versi BI) dan yang 3% (versi pemerintah atau asumsi APBN 2022).
Jadi pendorong kenaikan BI Rate mutlak karena adanya kenaikan realisasi inflasi hingga akhir bulan ini ditambah kenaikan ekspektasi pasca kenaikan harga BBM. Memang ada juga faktor eksternal yang menjadi pertimbangan tambahan, yaitu kenaikan suku bunga oleh The Fed (FFR) yang agresif sebesar 75 bps pada pertemuan FOMC September ini menjadi 4-4,25 bps untuk mengerem laju inflasi yang tinggi (8,3% di Agustus lalu).
"Dengan demikian ruang bagi BI untuk menahan BI Rate tampaknya tipis sekali. Jadi dengan pertimbangan domestik dan eksternal, RDG BI yang menaikkan BI Rate 25 bps merupakan keputusan tepat. Besaran kenaikan 25 bps ini menjadi ukuran atau takaran yang tepat, melanjutkan kenaikan RDG BU bulan Agustus lalu dengan besaran yang sama," jelas dia.(dtf)