Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank of England mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada Kamis lalu menjadi 2,25% atau 50 basis poin (bps).
Kebijakan ini sejalan dengan kenaikan inflasi yang diprediksi bisa mencapai 11% pada bulan depan.
Sejumlah ekonom menyebut ekonomi Inggris sudah masuk dalam resesi. Bahkan diperkirakan PDB Inggris turun 0,1% pada kuartal ketiga tahun ini.
Penentuan kebijakan suku bunga ini menimbulkan perdebatan sengit antar dewan gubernur bank sentral. Ada yang mendukung kenaikan bunga dan ada yang tak setuju, justru mereka memilih opsi untuk mengurangi surat berharga di pemerintah Inggris yang sudah menembus 80 miliar Euro.
Pengurangan surat berharga disebut bisa memperketat kebijakan moneter di Inggris. Apalagi pound melemah dan jatuh ke level terendah selama 37 tahun terakhir.
Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng mengungkapkan biaya subsidi di Inggris telah menyentuh 150 miliar euro bahkan diprediksi bisa tembus 170 miliar euro dalam dua tahun ke depan.
Dengan mata uang yang lemah ini berarti Inggris harus membayar lebih untuk energi dan makanan impor. Kondisi ini menambah tekanan inflasi di Inggris.
Pada Rabu, Bank Sentral AS juga telah mengumumkan kenaikan bunga acuan. Bank sentral Eropa juga menaikkan bunga acuan dri 0% menjadi 0,75%. Lalu Swiss National Bank juga mengumumkan mengerek bunga acuan menjadi 0,5%.(dtf)