Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah per akhir Agustus 2022 sebesar Rp 7.236,61 triliun. Angka itu naik Rp 73,5 triliun dari posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp 7.163,12 triliun.
Kenaikan terutama berasal dari utang dalam negeri baik berbentuk obligasi pemerintah maupun pinjaman, sementara kepemilikan asing turun. Dengan begini rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) naik menjadi 38,30%.
"Meskipun terdapat peningkatan nominal dan rasio utang pada akhir Agustus 2022, peningkatan tersebut masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal," tulis buku APBN KiTa edisi September, dikutip Kamis (29/9/2022).
Utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni utang berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah didominasi SBN yang mencapai 88,79% dan sisanya pinjaman 11,21%.
Diketahui SBN sebanyak Rp 6.425,55 triliun dengan SBN domestik meningkat Rp 92,6 triliun menjadi Rp 5.126 triliun, sedangkan valuta asing menurun Rp 6,6 triliun menjadi Rp 1.299 triliun.
Sedangkan untuk pinjaman senilai Rp 811,05 triliun. Terdiri dari pinjaman dalam negeri meningkat Rp 270 miliar menjadi Rp 15,92 triliun, sedangkan pinjaman luar negeri berkurang Rp 12,7 triliun menjadi Rp 795,13 triliun.
Berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (rupiah) yaitu 71,06%. Tercatat kepemilikan investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57%, hingga akhir 2021 tercatat 19,05% dan per 22 September 2022 mencapai 14,70%.
"Hal tersebut menunjukkan upaya pemerintah yang konsisten dalam rangka mencapai kemandirian pembiayaan dan didukung likuiditas domestik yang cukup. Meski demikian, dampak normalisasi kebijakan moneter terhadap pasar SBN tetap masih perlu diwaspadai," tuturnya.
Sampai Agustus 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp 331,2 triliun atau 35,1% dari target yang ditetapkan. Jumlah ini mengalami penurunan 40,1% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 552,6 triliun.
Realisasi pembiayaan utang terdiri dari SBN (Neto) sebesar Rp 317,3 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp 13,8 triliun.
Realisasi pinjaman terdiri dari realisasi penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 3,5 triliun, realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp 1,1 triliun, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp 57,4 triliun dan realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp 45,9 triliun.(dtf)