Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) memangkas prospek peringkat kredit AA untuk utang Inggris dari sebelumnya stabil menjadi negatif. Ini terjadi seiring dengan rencana pemotongan pajak oleh Perdana Menteri Elizabeth Truss atau Liz Truss.
Pemotongan pajak bisa menyebabkan utang Inggris melambung. Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng mengumumkan pemotongan pajak sebesar 45 miliar pound atau Rp 765 triliun (kurs Rp 17.000), subsidi energi yang tinggi, membuat nilai ponds dan obligasi kacau balau.
Melansir dari Reuters, Sabtu (1/10/2022), Bank of England terpaksa meluncurkan program pembelian obligasi darurat pada hari Rabu untuk menstabilkan pasar. Mereka juga memperingatkan kemungkinan perlunya menaikkan suku bunga secara signifikan pada bulan November.
S&P memberi peringkat utang pemerintah Inggris satu tingkat lebih tinggi dari saingannya Moody's dan Fitch. S&P mengatakan, naiknya utang Inggris berbeda dengan perkiraan sebelumnya.
"Perkiraan fiskal kami yang diperbarui tunduk pada risiko tambahan, misalnya, jika pertumbuhan ekonomi Inggris ternyata lebih lemah karena memburuknya lingkungan ekonomi lebih lanjut, atau jika biaya pinjaman pemerintah meningkat lebih dari yang diharapkan, didorong oleh kekuatan pasar dan pengetatan kebijakan moneter," kata S&P.
S&P memperkirakan Inggris akan memasuki resesi teknis di kuartal mendatang dan PDB-nya akan menyusut 0,5% pada 2023.
Truss dan Kwarteng bertemu dengan pejabat tinggi dari Kantor Tanggung Jawab Anggaran Inggris pada hari Jumat, tetapi sejauh ini menolak panggilan dari beberapa investor dan saingan politik.
Moody's mengatakan bahwa pemotongan pajak oleh Kwarteng adalah "kredit negatif", memperkirakan 21 Oktober sebagai tanggal yang paling mungkin berikutnya untuk tinjauan yang lebih formal.
Pemerintah Inggris telah mengatakan bahwa pemotongan pajak dan reformasi struktural jangka panjang untuk bidang-bidang seperti imigrasi dan izin perencanaan harus mendorong pertumbuhan. Tetapi S&P mengatakan manfaatnya kemungkinan kecil, terutama dalam jangka pendek.
"Untuk saat ini tidak jelas apakah pemerintah berencana untuk memperkenalkan langkah-langkah konsolidasi fiskal untuk membawa utang kembali ke jalur menurun dan kami berasumsi bahwa paket tersebut akan didanai oleh utang," katanya.
Pinjaman publik Inggris kemungkinan akan mencapai rata-rata 5,5% dari PDB per tahun dari tahun 2023 hingga 2025, naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yang sebesar 3%. Sementara S&P memperkirakan utang pemerintah akan naik menjadi 97% dari PDB pada tahun 2025.(dtf)