Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Tren pemulihan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) terus berlanjut. Meski saat ini kondisi global mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi, Sumut mendapatkan "windfall" dari kenaikan harga komoditas di pasar global. Selain itu, konsumsi masyarakat juga mengalami ekspansi seiring dengan HBKN idulfitri dan melonggarnya restriksi mobilitas.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sumut, Doddy Zulverdi, mengatakan, berbagai indikator ekonomi terkini di Sumut terus menunjukkan perbaikan di tengah meningkatnya biaya produksi. Tetap kuatnya ekonomi di Sumut tercermin dari tetap tingginya mobilitas masyarakat yang dapat mendorong konsumsi.
"Peningkatan konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi melalui peningkatan keyakinan konsumen dan tetap tingginya indeks penjualan riil. Di sisi lain, kinerja ekspor diperkirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama. Namun demikian, tetap terjaganya permintaan terhadap CPO dari negara mitra dagang utama serta diperpanjangnya kebijakan penyesuaian tarif pungutan ekspor CPO diprakirakan dapat menahan perlambatan yang lebih dalam," katanya, Sabtu (1/10/2022).
Sementara itu, hasil liaison BI mengkonfirmasi adanya penurunan permintaan ekspor, sedangkan permintaan domestik cenderung tetap meningkat di tengah kenaikan biaya produksi.
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di Sumut meningkat di tengah relatif melambatnya dana pihak ketiga (DPK) sehingga mendorong intermediasi perbankan (LDR) per Agustus 22 naik menjadi 85,4% (yoy). Kredit korporasi secara tahunan juga mengalami kenaikan dari 7,7% (yoy) pada triwulan II-2022 menjadi 8,9% (yoy) yang diindikasikan tidak terlepas dari masih berlanjutnya tren pemulihan ekonomi di Sumut.
"Kinerja kredit UMKM juga mengalami kenaikan dari triwulan sebelumnya meski diikuti oleh kenaikan risiko kredit. Bukan hanya itu, kredit rumah tangga juga meningkat didorong oleh kenaikan pada kredit kendaraan bermotor," kata Doddy.
Risiko kredit macet di Sumut mengalami peningkatan meskipun masih terbatas, tercermin dari peningkatan NPL dari Triwulan II-2022 sebesar 2,43% menjadi 2,56% di Agustus 2022. Peningkatan NPL terutama didorong oleh peningkatan rasio NPL baik kredit produktif maupun konsumtif.
Di sisi lain, upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit tercatat telah melewati puncaknya dan berangsur melambat. UMKM, kata Doddy, mendapatkan prioritas dalam alokasi anggaran PEN tahun ini sebagai wujud keberpihakan dan dukungan Pemerintah bagi sektor UMKM yang sangat terdampak selama masa pandemi.
Doddy mengatakan, jika melihat tren pemulihan, perekonomian Sumut tahun 2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.
"Tetap tingginya harga komoditas utama serta berlanjutnya program PEN juga bakal mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Begitupun, berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok global dan perkembangan ekonomi global yang diwarnai peningkatan inflasi menjadi hal yang perlu diwaspadai," kata Doddy.