Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di tengah kenaikan biaya produksi dan tarif angkutan yang naik imbas kenaikan harga BBM, harga daging ayam dalam tiga hari terakhir justru mengalami penurunan yang cukup tajam. Mengacu kepada PIHPS, harga daging ayam di Kota Medan turun dari Rp29.900/kg, menjadi Rp26.300/kg atau anjlok sekitar 12%. Padahal harga daging ayam di Kota Medan mampu bertahan dikisaran Rp29.900/kg sekitar lebih kurang satu bulan lamanya.
Di Pematangsiantar, harga daging ayam juga mengalami penurunan dikisaran Rp22.250/kg, dari posisi akhir pekan kemarin yang masih sempat dijual dikisaran Rp24.000/kg atau turun 7,3%. Di Padangsidempuan juga turun 3% dari posisi Rp34.500 menjadi Rp33.500/kg. Sementara untuk Kota Gunung Sitoli masih stabil di harga Rp30.000/kg, dan dikota lainya seperti Sibolga stabil di Rp41.000-an/kg.
Namun untuk teluar ayam di Sibolga turun tajam dari akhir pekan lalu yang di level Rp38.000/kg, saat ini dijual dikisaran harga Rp33.000/kg, atau anjlok 13%. Sementara untuk Padangsidempuan masih stabil dikisaran Rp25.600/kg, Pematangsiantar stabil dengan kecenderungan turun dari Rp25.800 ke Rp25.200/kg, Kota Sibolga stabil di kisaran Rp29.700/kg dan di Kota Medan stabil di harga Rp26.100/kg.
Menurut Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut yang juga pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, kedua komoditas sumber protein tersebut berpeluang untuk melanjutkan tren penurunan. Dari temuan dilapangan pasokan dari wilayah Deli Serdang mengalami peningkatan. "Nah, untuk telur ayam juga diproyeksikan berpeluang untuk turun harga, seiring dengan penambahan jumlah indukan ayam petelur baru, setelah sebelumnya banyak ditemukan ayam indukan afkir yang membuat harga telur mengalami kenaikan," katanya, Rabu (5/10/2022).
Tetapi dari hasil temuan dilapangan, kata Gunawan, banyak peternak ayam pedaging yang sudah tidak lagi melanjutkan usahanya. Dari beberapa responden pihaknya, sekitar 90% peternak ayam mandiri lebih memilih menutup usahanya. Seiring dengan peningkatan harga input produksi peternakan dan kenaikan pengeluaran akibat inflasi.
Data BPS juga menunjukjan terjadi penurunan indeks nilai tukar petani peternakan yang turun dari 100.23 (Agustus) menjadi 99.67 (September). Dan dari bulan Juni ke Juli, indeks nilai tukar petani peternakan sebelumnya mampu berada di level 101.75 (Juni) dan 100.17 (Juli). Jadi sejauh ini peternak yang masih mampu bertahan adalah peternak plasma yang bekerja sama dengan perusahaan.
Gunawan mengatakan, diperkirakan total jumlah peternaknya berkisar 80% plasma, dan 20% mandiri. "Dan dari pantauan harga pakan ternak sendiri, pada dasarnya dalam dua pekan terakhir harga pakan ternak terpantau stabil. Jadi saat ini penurunan harga daging ayam dan telur ayam serta potensi penurunan lanjutan dipengaruhi oleh penambahan pasokan yang melimpah," kata Gunawan.