Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Belawan. Sejumlah nelayan pesisir di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan dan Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang yang setiap hari mencari nafkah di muara Sungai Belawan mengeluhkan keberadaan proyek pengeboran minyak Pertamina di kawasan Paluh Kurau, Hamparan Perak.
Keterangan yang diperoleh medanbidnisdaily.com, Senin (10/10/2022), akibat adanya pengeboran tersebut, hasil tangkap nelayan skala kecil praktis berkurang dan keselamatan nelayan jadi terancam tatkala kapal tongkang berukuran lebih kurang 100 kali dari perahu nelayan yang digunakan untuk menjala udang dan ikan serta memasang bubu hilir mudik menuju lokasi pengeboran minyak yang beroperasi lebih setahun tersebut.
Akibatnya, ratusan nelayan yang setiap hari mencari nafkah di muara Sungai Belawan yang berasal dari Kecamatan Hamparan Perak dan Belawan, nyaris kehilangan mata pencarian dan keselamatan ketika berpapasan dengan kapal tongkang tersebut.
Matlan (50), nelayan Desa Hamparan Perak, mengaku sejak beroperasinya proyek pengeboran minyak sejak delapan bulan yang silam, penghasilan nelayan sekala kecil seperti pencari kepiting dan menjala udang menurun drastis. Selain hasil tangkap yang minim, keselamatan jiwa para nelayan juga terancam akibat hempasan gelombang air yang relatif kuat ketika perahu nelayan yang kecil berpapasan dengan kapal tongkang yang besar,” kata Matlan didampingi Tohir, Waklen, Mislan dan sejumlah nelayan lainnya.
Dikatakan Matlan, saat kapal tongkang hilir mudik melintas menju proyek pengeboran minyak maupun sebaliknya, maka gelombang air, lumpur dan sampah-sampah dari dasar sungai dan muara terangkat dan masuk ke dalam alat tangkap nelayan. Praktis hasil tangkapan seperti ikan, udang dan kepiting tidak lagi diperoleh, sementara sampah dan lumpur menumpuk di alat tangkap nelawan, sehingga mengakibatkan alat tangkap cepat rusak.
Matlan menjelaskan, akibat dampak proyek pengeboran minyak tersebut, penghasilan para nelayan sekala kecil menurun drastis, dan berharap dana kompensasi yang diberkan Pertamina kepada meraka.
Tohir menambahkan, sebelum proyek pengeboran minyak di Paluh Kurau berlangsung, para nelayan sempat diajak bertemu oleh pihak proyek pengeboran minyak di satu lokasi Belawan. Dalam pertemuan itu, pihak Pertamina berjanji jika pengeboran minyak berhasil, maka para nelayan akan diberikan sesuatu dari hasil minyak tersebut.
Namun sebut Tohir, saat proyek mulai beroperasi, nelayan kecil malah dirugikan dan nelayan semakin sengsara sehingga mereka meminta dana kompensasi dari Pertamina tersebut.
Sementara itu, pemerhati nelayan pesisir Rahman Gafiqi SH meminta Pertamina atau PT Eka Paksi Sejati selaku pelaksana proyek pengeboran minyak memperhatikan nasib para nelayan kecil yang terdampak dari operasional proyek pengeboran minyak tersebut.
“Akibat proyek pengeboran minyak, penghasilan nelayan kecil jadi minim, bahkan terkadang nelayan gagal mencari nafkah saat kapal tongkang melintasi jalur nelayan kecil. Pertamina wajib memberikan kompensasi kepada para nelayan terdampak proyek tersebut,” kata praktisi hukum tersebut.