Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Amerika Serikat (AS) bersitegang dengan Arab Saudi setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya OPEC+ mengumumkan akan memangkas target produksi minyak mulai November 2022. Negara yang dipimpin Presiden Joe Biden menganggap kebijakan itu dapat merugikan ekonomi dunia.
Gedung Putih menolak tegas kebijakan itu pada Kamis (13/10) dan menuduh Arab Saudi telah menekan anggota OPEC lainnya dalam pemungutan suara. Pejabat dari kedua negara diharapkan dapat segera membahas situasi tersebut.
Perselisihan AS dan Arab Saudi tentang pemangkasan produksi minyak semakin menambah 'dingin' hubungan kedua negara yang telah memiliki aliansi energi selama beberapa dekade.
Sebelumnya OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi minyak bumi 2 juta barel per hari atau setara 2% dari permintaan global. Kabar itu lantas menimbulkan kekhawatiran di Washington tentang kemungkinan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa lebih tinggi lagi.
Sebagai aksi balasan, Biden mengancam akan meninjau ulang hubungan kerja sama AS dengan Arab Saudi.
"Akan ada konsekuensi untuk hubungan AS dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+. Kami akan berbicara dengan mereka," kata Biden dikutip dari Reuters, Jumat (14/10/2022).
Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan keputusan OPEC+ diadopsi melalui konsensus, dengan mempertimbangkan keseimbangan pasokan, permintaan dan ditujukan untuk membatasi volatilitas pasar.
Dalam sebuah pernyataan, OPEC+ mengatakan keputusan diambil mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global.(dtf)