Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Terkait temuan 206 kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mengimbau penyetopan segala obat berbentuk cair atau sirup. Menyusul itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melaporkan pasien anak dengan gangguan ginjal akut terdeteksi terpapar tiga zat berbahaya.
"Kemenkes sudah meneliti bahwa Pasien balita yang terkena AKI (accute kidney Injury) terdeteksi memiliki 3 zat kimia berbahaya (ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE)," terang Menkes dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (20/10/2022).
Mengingat, beberapa dari jenis obat sirup yang ditarik terkonfirmasi mengandung EG, DEG, EGBE yang seharusnya terkandung dalam batasan tertentu. Sebagaimana dilaporkan Wakil Menteri Kesehatan RI dr Dante Saksono Harbuwono kemarin, pihaknya telah mengidentifikasi dari 18 obat yang sudah diuji, 15 di antaranya mengandung EG.
Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menegaskan, sebenarnya hubungan kejadian gangguan ginjal akut misterius dengan konsumsi obat berbentuk sirup khususnya yang mengandung parasetamol masih tidak bisa dipastikan.
Pasalnya, sirup obat parasetamol sudah ada bertahun-tahun dan aman digunakan. Sementara, kasus gangguan ginjal akut baru merebak baru-baru ini, menyusul 69 kasus kasus kematian anak di Gambia dengan kondisi cedera ginjal diduga akibat konsumsi obat batuk sirup.
"Ada perkembangan baru bahwa beberapa produk akhir dari sirup parasetamol diduga terindikasi mengandung EG atau DEG. Namun hal ini belum tentu berada dalam kadar yg sampai menghasilkan efek toksik terhadap ginjal," ujarnya dalam keterangan tertulis diterima detikcom, Rabu (19/10).
"Pengukuran DEG dan EG dalam produk akhir juga tidak mudah karena sudah mengandung berbagai bahan lain, sehingga memerlukan metode analisis yang akurat dan sensitif. Apakah pemeriksaannya sudah akurat? Harus dipastikan," imbuh Prof Zullies.
Lebih lanjut ia menerangkan, ada berbagai kemungkinan penyebab gagal ginjal akut. Misalnya jika benar terdeteksi ada asam oksalat metabolit dari etilen glikol, asupan makanan pasien juga perlu dicek. Pasalnya asam oksalat juga bisa berasal dari makanan. Atau mungkin, ada infeksi tertentu seperti leptospirosis yang juga banyak muncul di musim hujan.
"Untuk kehati-hatian, untuk sementara ikuti dulu saran dari lembaga-lembaga resmi (BPOM, Kemenkes, asosiasi dokter, dan lain-lain) untuk menghindari bentuk sirup sampai diperoleh hasil yang lebih pasti," ungkap Prof Zullies.
"Tetap jaga kesehatan anak-anak kita, makan sehat, istirahat cukup, lagi musim hujan jadi jaga jangan main-main terlalu ekstrim. Kalau demam, bisa gunakan kompres dulu, atau pakai parasetamol puyer atau bentuk-bentuk lain. Jika pahit, bisa minta ditambahkan pemanis yg aman untuk anak," pungkasnya.
Dalam informasi terpisah, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menjelaskan EG tidak digunakan dalam formulasi obat. Namun sebagai bentuk kontaminan pada bahan tambahan sirup dengan batas tertentu, tidak akan menimbulkan efek merugikan.
"Senyawa etilen glikol dan dietilen glikol tidak digunakan dalam formulasi obat, namun dimungkinkan keberadaannya dalam bentuk kontaminan pada bahan tambahan sediaan sirup dengan nilai toleransi 0,1 persen pada gliserin dan propilen glikol, serta 0,25 persen pada polietilen glikol (Farmakope Indonesia, US Pharmacopeia). Batas nilai toleransi tersebut tidak menimbulkan efek yang merugikan," terangnya dalam keterangan tertulis diterima detikcom, Kamis (20/10).(dtc)