Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT HM Sampoerna Tbk memaparkan kinerjanya dalam 9 bulan, dari awal 2022 hingga September. Pihak perseroan mencatat pertumbuhan yang positif, setelah sempat mengalami masa sulit di pandemi COVID-19.
President Director Vassilis Gkatzelis mengatakan, perusahaan menunjukkan kinerja yang positif selama 9 bulan di tahun 2022. Tercatat laba bersih mencapai angka Rp 83,4 triliun, naik sebesar 15% yakni Rp 10,9 triliun dari tahun sebelumnya.
Laba ini juga mengalami peningkatan kuartal per kuartalnya, di mana pada kuartal I 2022 laba bersih mencapai Rp 26,2 triliun, kuartal II 2022 naik menjadi Rp 27,3 triliun, dan di kuartal III perseroan mampu memperoleh Rp 29,9 triliun.
Kondisi ini juga didukung dengan peningkatan volume penjualan produk, yang juga diiringi dengan kenaikan harga rokok sekitar 8% hingga bulan September
"Peningkatan volume yang didukung dengan kekuatan produk-produk kami. Kami menjual 65,6 miliar batang pada 9 bulan pertama, atau sebesar 7,9% dibanding tahun sebelumnya," kata Gkatzelis, dalam pemaparannya melalui saluran teleconference, Selasa (01/11/2022).
Sementara untuk market share, Gkatzelis menyampaikan,
pada kuartal III 2022 mencapai 28,2%. Persentase ini merupakan yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir, dan naik 0,2 poin dibanding tahun sebelumnya.
"Sementara untuk periode 9 bulan ini, dengan adanya tekanan pasar sejak tahun 2019, kami berhasil menstabilkan pangsa pasar kami 28%," tambahnya.
Menurutnya, kekuatan produk, termasuk portofolio premium dalam kategori rokok buatan mesin dan rokok linting tangan, menjadi pendorong utama kinerja perusahaan tumbuh. Salah satunya yakni volume rokok Sampoerna A Mild tumbuh 29,3 miliar batang, atau atau mencerminkan 12,5% pangsa pasar dalam periode 9 bulan tahun ini.
Di sisi lain, Gkatzelis mengungkapkan parameter utama dari profitabilitas perusahaan masih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dan secara signifikan masih lebih rendah dari periode pra pandemi.
"Sejak 2020 profitabilitas kami sangat terdampak oleh kenaikan cukai dua digit dan melebarnya kesenjangan cukai. Ditambah lagi, dengan adanya penurunan daya beli yang mengakibatkan signifikan down trading pada konsumen," katanya.
Walaupun demikian, profitabilitas pada kuartal III 2022 membaik dari semester I 2022 serta dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Margin laba kotor mencapai 15,1%, naik dari saat 2021 kemarin, begitu pula dengan margin EBIT dari 7,1% menjadi 7,6%, dan margin bersihnya dari 5,7% menjadi 6,2%.
"Hal ini didukung oleh pertumbuhan volume dan perbaikan portofolio. Selain itu, untuk pertama kalinya sejak tahun 2019, pada kuartal III tahun ini kenaikan harga dikurangi dengan pajak cukai memberikan hasil yang positif," ungkapannya.
Menurutnya, peningkatan jarak pajak cukai sedikit banyak memberikan pengaruh pada pendapatannya, termasuk juga memberi sumbangsih bagi inflasi RI. Sebagai contoh, pada kategori sigaret kretek mesin (SKM) melebar dari Rp 195 per batang pada 2017 menjadi Rp 385 per batang di 2022.
"Hal ini secara tidak proporsional berdampak pada produsen volume golongan I dan memicu adanya down trading. Kami berharap kebijakan fiskal mendukung jarak cukai yang berkelanjutan serta memenuhi pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, serta target penerimaan negara," tandasnya.(dtf)