Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sepanjang Januari-September 2022, neraca perdagangan luar negeri Sumatra Utara (Sumut) mencatatkan surplus US$5,412 miliar, dimana ekspor mencapai US$10,169 miliar dan impor hanya senilai US$4,757 miliar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, lima dari 10 negara yang menjadi mitra dagang utama berkontribusi hingga US$2,821 miliar terhadap surplus perdagangan Sumut yakni Amerika Serikat (AS), India, Cina, Jepang dan Belanda.
Perdagangan dengan AS memberikan untung terbesar bagi Sumut yakni senilai US$879,850 juta. Karena nilai ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$1,119 miliar, sedangkan impor di periode yang sama hanya US$239,517 juta. Keuntungan kedua terbesar diraup hasil perdagangan dengan India US$527,412 juta. BPS mencatat, ekspor Sumut ke India mencapai US$824,283 juta sementara impor hanya senilai US$296,871 juta.
Negara ketiga yang berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan luar negeri Sumut sepanjang Januari-September 2022 adalah Cina. "Sumut mampu meraup keuntungan hingga US$511,658;juta. Dimana ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$1,695 miliar sementara impor di periode yang sama senilai US$1,182 miliar," kata Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin, Kamis (3/11/2022).
Hasan, sapaan akrab Nurul Hasanudin, mengatakan, Jepang menjadi negara keempat yang memberikan keuntungan untuk Sumut. Nilainya mencapai US$466,293 juta. Karena impor Sumut dari negara tersebut bhanya US$54,972 juta, sedangkan ekspor mencapai US$451,485 juta.
Selanjutnya, kata Hasan, perdagangan dengan Belanda menghasilkan keuntungan US$439,972 juta, dimana ekspor Sumut ke negara tersebut mencapai US$451,485 juta dan impor di periode yang sama mencapai US$11,513 juta.
Tapi meski secara keseluruhan masih surplus, kata Hasan, Sumut juga masih tekor berdagang dengan lima negara mitra utama yakni Singapura sebesar US$620,220 juta, Argentina senilai US$165,685 juta, Brasil US$159,900 juta, Australia sebesar US$142,259 juta dan dengan Malaysia rugi hingga US$59,082 juta.
Hasan mengatakan, impor dari negara mitra dagang utama ini merupakan barang modal, bahan baku penolong dan barang konsumsi. Golongan barangnya diantaranya bahan bakar mineral, ampas/sisa industri makanan, mesin-mesin/pesawat mekanik, plastik dan brang dari plastik serta pupuk. Selain itu ada juga bahan kimia organik, gula dan kembang gula, besi dan baja, baret dan barang dari karet serta gandum-ganduman.