Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jepang mencatatkan kenaikan inflasi hingga mencapai 3,6% di bulan Oktober ini. Data Refinitiv menunjukkan, angka tersebut menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir sejak Februari 1982.
Dikutip dari CNBC Jumat (18/11/2022), indeks harga konsumen inti untuk Jepang naik 3,6% pada Oktober secara tahunan (year-on-year/yoy), mengalahkan ekspektasi kenaikan 3,5% dan laju tercepat sejak Februari 1982.
Indeks yang tidak termasuk makanan segar tersebut naik 3% pada bulan September, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Data terbaru itu juga menandai tujuh bulan berturut-turut di mana tingkat inflasi di atas target Bank of Japan, yakni sebesar 2%.
Keadaan inflasi 3,6% ini mulai terlihat setelah saham di Asia-Pasifik diperdagangkan lebih tinggi. Nikkei 225 naik 0,18% dan Topix 0,27% lebih tinggi, sedangkan Kospi di Korea Selatan naik tipis 0,17%. S&P;/ASX 200 di Australia juga naik 0,15%.
Di sisi lain, semalam di Wall Street, beberapa saham jatuh dan imbal hasilnya melonjak, selaras dengan sejumlah pembicara dari Federal Reserve menandakan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan.
Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard pun menyarankan, zona suku bunga dana federal yang sesuai antara 5% dan 7%, lebih tinggi dari harga pasar.
Tidak hanya karena saham Asia-Pasifik, inflasi Jepang juga disebut-sebut meningkat karena pelemahan yen, yang kemudian mendorong biaya komoditas impor.
Dikutip dari Reuters, Jumat (18/11/2022), kondisi ini menunjukkan, perusahaan Jepang mungkin tidak memikirkan dampak terhadap deflasi lantaran mereka secara bertahap menaikkan harga segala sesuatu mulai dari bahan bakar hingga makanan sebagai tanggapan terhadap biaya yang lebih tinggi.
Meskipun tekanan harga meluas, yang menjadi kekhawatiran bagi rumah tangga, Bank of Japan (BOJ) tidak akan bergabung dengan tren global pengetatan kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda beberapa waktu lalu sempat menyampaikan, menurutnya biaya komoditas global menyumbang setengah dari besarnya kenaikan harga dan inflasi yang didorong oleh biaya tidak akan bertahan lama.
"Inflasi konsumen Jepang kemungkinan akan mencapai 3% untuk tahun fiskal saat ini, berakhir pada bulan Maret, tetapi kecepatannya akan turun menjadi setengah dari tingkat tahun fiskal berikutnya karena komoditas dan faktor pendorong biaya lainnya berjalan dengan sendirinya," kata Kuroda.(dtf)