Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bagi yang masih awam dalam dunia investasi, Anda mungkin menganggap jika aktivitas tersebut hanya sekadar menanam modal pada instrumen tertentu sesuai pilihan. Padahal, dalam menentukan instrumen investasi, ada beragam hal yang wajib untuk dipertimbangkan agar tak sampai salah menentukan pilihan. Salah satu contohnya adalah profil risiko dari investor itu sendiri.
Secara umum, yang dimaksud dengan profil risiko ialah tingkatan mengenai seberapa besar investor mampu mentoleransi sebuah risiko ketika berinvestasi. Jika melihat di lapangan, ada investor yang mampu tetap tenang melihat fluktuasi instrumen investasi yang tinggi. Di sisi lain, ada juga yang langsung panik ketika melihat ada sedikit saja penurunan terhadap nilai portofolio investasinya.
Perbedaan inilah yang membuat setiap investor harus mengetahui profil risikonya agar aktivitas menanam modal bisa berjalan lancar hingga target keuangan tercapai. Tentunya, profil risiko ini bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya wawasan tentang investasi.
Nah, agar lebih memahami tentang apa saja jenis profil risiko yang biasa dimiliki oleh investor dan ragam instrumen investasi yang ideal untuk dipilih, simak penjelasan lengkapnya sebagai berikut.
Jenis Investor Agresif atau Risiko Tinggi
Sesuai namanya, investor yang memiliki profil risiko agresif umumnya berani memilih instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi. Untuk investor jenis ini, mereka tidak ragu untuk mengalokasikan sebagian besar modalnya pada instrumen seperti saham maupun instrumen reksa dana saham.
Jika dibandingkan dengan instrumen lainnya, saham maupun reksa dana saham memang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Namun, peluang keuntungan yang bisa didapatkan oleh investor instrumen tersebut juga tak kalah tingginya. Hal ini berlaku sesuai dengan prinsip dari investasi itu sendiri, yaitu high risks high reward.
Meski begitu, pada kebanyakan kasus, pemilik profil risiko agresif tetap menempatkan sebagian kecil modalnya pada instrumen yang memiliki risiko rendah dan lebih stabil. Beberapa contohnya adalah deposito ataupun pasar uang. Tujuannya untuk mendiversifikasi portofolionya agar saat nilai saham tengah menurun atau tidak stabil, kerugiannya tidak sampai terlalu membahayakan keuangan.
Di samping itu, tujuan dari melakukan diversifikasi ini adalah untuk membeli saham ketika harganya sedang rendah. Dana tersebut juga bisa digunakan sebagai dana cadangan yang hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan harian atau kebutuhan mendesak yang bisa muncul sewaktu-waktu.
Jenis Investor Moderat atau Risiko Sedang
Sementara untuk investor moderat umumnya memadukan pilihan instrumen investasi yang memiliki risiko rendah dan tinggi sekaligus. Melalui strategi tersebut, investor dengan profil risiko ini mengincar imbal hasil relatif tinggi, tapi juga dengan tingkat risiko yang bisa ditoleransi.
Dalam kata lain, investor jenis ini umumnya berinvestasi pada produk saham, sekaligus obligasi maupun reksa dana campuran. Tidak hanya mengincar profit yang tinggi dari investasi saham, investor ini juga menarget imbal hasil yang stabil dan konsisten dari obligasi.
Bisa dibilang investor moderat memiliki tingkat keberanian investasi yang lebih rendah ketimbang investor agresif.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan investor konservatif, tingkat keberanian investor jenis ini relatif lebih tinggi. Investor dengan profil risiko moderat atau sedang umumnya mengharapkan tingkat keuntungan lebih tinggi dibanding produk simpanan di bank, namun tetap memperhatikan tingkat risiko yang ditanggungnya dengan seksama.
Jenis Investor Konservatif atau Risiko Rendah
Jenis investor yang terakhir adalah yang memiliki profil risiko konservatif atau risiko rendah. Sesuai namanya, investor jenis ini biasanya hanya memilih instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko rendah, misalnya reksa dana pasar uang ataupun deposito.
Bukan keuntungan sebesar-besarnya, tujuan investor konservatif dalam menanam modal adalah untuk mendapatkan imbal hasil yang stabil dan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Paling tidak, target keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi jenis ini lebih tinggi ketimbang inflasi tahunan, tapi dengan tingkat risiko yang sangat rendah.
Secara umum, tingkat bunga dari deposito, khususnya pada bank BUMN, lebih kecil dibanding dengan imbalan atau kupon dari SBN atau Surat Berharga Negara. Bunga deposito tersebut juga umumnya mengikuti nilai suku bunga acuan dari Bank Indonesia.
Jadi, bisa dipahami jika bunga deposito akan turut meningkat apabila nilai dari suku bunga acuan pada Bank Indonesia juga ikut bertambah, dan berlaku sebaliknya.
Sedangkan untuk reksa dana pasar uang, beberapa produknya mampu mempunyai kinerja lebih baik ketimbang deposito. Tidak hanya itu, jika dibandingkan dengan jenis reksa dana lain, seperti, reksa dana saham ataupun campuran, jenis reksa dana ini mempunyai tingkat risiko paling rendah.
Cari Tahu Dulu Profil Risiko Diri Sebelum Mulai Berinvestasi
Profil risiko dalam berinvestasi merupakan salah satu hal penting yang wajib diketahui oleh investor sebelum mulai menanam modal. Dengan mengetahui profil risiko, Anda jadi lebih tahu instrumen mana yang ideal untuk dipilih agar aktivitas investasi berjalan lancar hingga target keuangan tercapai secara optimal.