Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Jenda Terkelin Tarigan didampingi istri, Anum Sitepu serta adiknya, mendatangi Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (24/11/2022) siang. Kedatangan sutradara serial 'Pak Belalang' era 90'an di TVRI ini datang mencari keadilan mempertanyakan perihal 6 tahun putusan terkait gugatannya dalam perkara utang piutang senilai Rp 718.500.000.
Namun sayang kedatangannya menjumpai Ketua PN Medan, tidak membuahkan hasil. Begitu juga saat menjumpai Panitera PN Medan, tetap tidak bisa dijumpai dengan adanya larangan dari petugas satpam.
"Saya mau ketemu sama pak Ketua PN Medan atau Panitera Edi Sangapta Sinuhaji. Putusan Mahkamah Agung (MA) RI kok sudah 6 tahun lebih tak dilaksanakan?" tegas Anum memulai pembicaraan.
Diketahui, ternyata putusan MA RI No 967 K/PDT/2016 tertanggal 15 Juni 2016 tak kunjung dilaksanakan PN Medan.
Di tingkat PN Medan, permohonan Jenda Terkelin terhadap Antony Sofan Koh alias A Anthony Sofan Koh dan Nurbetty Lingga (tergugat I dan II), tertanggal 22 Mei 2014, tidak dapat diterima.
"Bermula dari utang piutang tergugat I dan II sebesar Rp718.500.000. Ketika itu kami tidak banyak memiliki uang cash. Karena kasihan kami kasihkanlau dalam bentuk emas seberat 100 gram," urai Anum Sitepu.
Selanjutnya dibuatkanlah Surat Perjanjian bermaterai tertanggal 4 Desember 2012 antara penggugat Jenda Terkelin sebagai pihak I dan tergugat I Anthony Sofan Koh serta tergugat II Nurbetty Lingga (pihak II).
Antara lain berisikan pihak I memberikan pinjaman uang Rp718.500.000 kepada pihak II dengan jaminan berupa Sertifikat Rumah No AH 651531-02.01.06.06.3.00.349 milik pihak II di Jalan Murai VI Komplek Tomang Elok, Kelurahan Simpang Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.
Pinjaman tidak tanpa bunga, pengembalian utang tidak terlalu lama, bila pihak I membutuhkan uangnya maka pihak II segera mengembalikan utangnya secara legal. Bahkan bila perlu menjual rumah milik yang ditempati pihak II, juga dijadikan sebagai jaminan.
"Iya. Berjalannya waktu malah Saya dilaporkan ke Polsek Helvetia. Katanya pula Saya mencuri sertifikat rumahnya. Padahal jelas-jelas ada Surat Perjanjian utang piutangnya," timpal Jenda Terkelin.
Kembali ke perkara gugatan perdata, lanjut pria 73 tahun itu, di tingkat Pengadilan Tinggi (PT) Medan tertanggal 30 Juni 2015 memutuskan, menguatkan putusan PN Medan. Juga mengangkat permohonan penggugat letak sita jaminan rumah yang menjadi agunan tergugat I dan II.
Klimaksnya, di tingkat MA RI tertanggal 15 Juni 2016, permohonan kasasi Jenda Terkelin dikabulkan sebagian. Menyatakan tergugat I dan II telah ingkar janji karena tidak mengembalikan uang pinjamannya kepada penggugat.
Menyatakan Surat Perjanjian tertanggal 4 Desember 2012 antara tergugat I dan II dengan penggugat mengikat dan sah serta harus dihormati.
Menghukum tergugat I dan II secara tanggung menanggung membayar / mengembalikan uang penggugat sebesar Rp718.500.000 dengan tunai seketika.
Menyatakan segala bentuk surat dan perikatan / perjanjian kemudian dibuat kedua tergugat dengan pihak ketiga lainnya setelah rumah dijaminkan atas utang tersebut adalah tidak sah.
"Perkaranya sudah berkekuatan hukum tetap 6 tahun lalu tapi gak juga dilaksanakan PN Medan. Anehnya lagi, sempat dilakukan lelang 2 kali tapi gak ada yang beli. Tiba-tiba kami diberitahu panitera ada konsinyasi sebesar utang tergugat I dan II. Tempo hari lagi kami diberitahu dilakukan appraisal, menaksir kembali harga tanah dan bangunan yang diagunkan tergugat I dan II. Ada apa sebenarnya di PN Medan? Perkaranya sudah 6 tahun berkekuatan hukum tetap tapi kenapa juga gak dilaksanakan," pungkas Jenda Terkelin Tarigan.
Terpisah, Ketua PN Medan Setyanto Hermawan saat dikonfirmintai via WhatsApp perihal tersebut tidak kunjung memberikan balasan. Sedangkan Panitera Edi Sangapta yang berhasil ihubungi lewat ponselnya malah mengaku dirinya sudah tidak bertugas lagi di PN Medan. "Saya lagi di Jakarta," jawab Edi Sangapta terkesan mengelak.
Namun jawaban Edi Sangapta ini cukup aneh. Sebab, saat Anum Sitepu mau menjumpainya, malah dilarang petugas satpam dengan mengatakan Edi Sangapta tidak mau dijumpai.
"Satpamnya keceplosan, bilang kalau Edi Sangapta tidak mau dijumpai sama kami," tandas Anum Sitepu.