Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Doloksanggul. Sartika Manullang (40) adalah seorang guru honorer di SMP Negeri I Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Dia sudah mengabdi sebagai guru honorer selama13 tahun. Menjadi guru adalah impian masa kecilnya dan bagi dia profesi itu merupakan pengabdian yang sangat mulia. Hingga, tak ada alasan selain tetap bertahan dan terus semangat menjalani.
Wanita lulusan Universitas Negeri Medan (Unimed) tahun 2008 ini mengaku mulai merasakan kiprahnya sebagai tenaga honorer sejak tahun 2009 hingga saat ini berusia 40 tahun. Baginya, pengabdian untuk mengajar anak-anak di sekolah tempatnya sekarang merupakan prioritas utama. Tekadnya kuat ingin berkontribusi pada negara. Walau honor yang diterima kecil, tidak mematahkan semangatnya yang ingin berbagi ilmu pengetahuan kepada anak-anak di negeri ini dengan tekad mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Dia, guru yang rela mengabdikan diri kepada negara tanpa pamrih.
"Upah Rp 600.000 per bulan, dibilang cukup sih nggak. Kalau melihat dari gajinya, sudah pasti tak akan ada orang yang mau. Tapi satu hal yang pasti, berapa pun itu jika berbuat dengan iklas dan tulus, kemudahan itu akan datang seiring dengan pengabdian," ujar Sartika kepada medanbisnisdaily.com saat ditemui di sela - sela kegiatan persiapan menyambut Hari Guru Nasional ke-77, Kamis (24/11/2022).
Hampir setiap hari, dia menghabiskan waktu berbagi pengetahuan dengan siswa di kelas. Guru jurusan pendidikan kimia ini pun begitu bersemangat.
Menurutnya, mengajar membuat dirinya senantiasa belajar sehingga ilmu yang diperolehnya bukannya berkurang namun terus bertambah dan bertahan karena sering mengulanginya saat mengajar. Namun, dengan keikhlasan dan ketulusan, Sartikapun tak pernah berhenti untuk terus berbagi. Meski di saat yang bersamaan, keluarganya juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Di tengah kesibukannya, dia bersama suaminya Joinri Banjarnahor yang berprofesi sebagai seorang petani harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk bisa bertahan menghadapi pergumulan hidup dan mereka harus berjuang menghidupi ketiga orang anaknya.
Dia dengan tegas memproklamirkan sikapnya, menyerah bukanlah tipenya, sikapnya jelas dan baginya ini soal pilihan yang susah dijawab. Hanya komitmen dan prinsip yang jelas dan bukan abu-abu.
"Sepulang sekolah, saya harus membantu suami di ladang, jujur tak ada waktu yang tersisa. Sebuah rentetan perjuangan. Saya yakin, usaha tak akan pernah membohongi hasil," terangnya.
Dia adalah salah satu dari ribuan guru honorer yang bernasib sama, mereka yang berharap kebijakan berpihak pada nasib tenaga honorer, mereka yang berjuang demi dan untuk anak anak bangsa. Mereka yang memprioritaskan pengabdian yang tulus diatas segalanya.
Tepat pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN), Jumat, 25 November 2022 ini, biarlah Sartika bersama Sartika - Sartika yang lain mendapat kado terindah dari Pemerintah. Sudah seharusnya kesejahteraan guru honorer juga menjadi perhatian utama bagi Pemerintah. Jasa mereka patut diapresiasi. Para guru honorer pun berharap ikut serta merasa merdeka dan sejaterah, berhak memperoleh hak-hak yang layak.