Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tren kenaikan suku bunga acuan secara global sebagai imbas lonjakan inflasi akan berdampak besar terhadap masyarakat yang ingin memiliki rumah.
Apalagi pertengahan tahun lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, inflasi tinggi akan mendorong kenaikan suku bunga acuan. Hal ini akan diikuti oleh semakin tingginya bunga perbankan sehingga masyarakat harus menguras kantong lebih dalam untuk mendapatkan rumah.
Wakil Ketua DPD REI Sumatera Utara, Wahyudi Budiman dalam keterangannya kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (26/11/2022) mengatakan, berdasarkan data dari Housing and Real Estate Information System (2022), setidaknya ada 12.715.297 orang di Indonesia yang belum memiliki rumah atau backlog.
Sementara 84 persen dari backlog ini didominasi oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Apabila dirincikan, golongan MBR yang tidak memiliki rumah adalah sebanyak 10,741,689 dan sisanya adalah golongan Non-MBR 1,973,608.
"Pemerintah sendiri sebetulnya sudah mengantisipasi dan memitigasi ini melalui program Kredit Kepemilikan Rumah Subsidi. Sayangnya peminat rumah subsidi sendiri belum terlalu terlihat banyak. Program ini mesti disosialisasikan ke masyarakat luas sehingga serapan dan target program rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah terealisasi optimal. Kerjasama antara pengembang manajemen perusahaan atau instansi, misalnya lewat perumahan karyawan bisa mempercepat okupansi realisasi rumah subsidi ini," kata Wahyudi Budiman yang akrab disapa Didi Subsidi ini.
Untuk itu, sebagai pengembang properti dengan kiprah lebih dari 13 tahun, pengusaha pengembang properti berdomisili di Medan ini terpanggil untuk ikut berkontribusi mewujudkan hunian layak bagi MBR dan juga membersamai program pemerintah melalui pembangunan rumah subsidi.
"Kami bertekad, dengan spirit kolaborasi 1 Juta Rumah Subsidi di tahun 2045 untuk masyarakat Indonesia adalah keniscayaan," yakin Founder Selaras Group Indonesia ini.
Itu sebabnya, kurun waktu 1 dekade terakhir, Didi Subsidi giat mensosialisasikan dan mengembangkan program rumah subsidi di wilayah Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, dan Provinsi Riau.
"Begitu seriusnya kami untuk memaksimalkan program ini, sampai-sampai belakangan kolega, sejawat, dan sahabat memanggil kami dengan sebutan Mr. Didi Subsidi. Mengapa kami begitu concern dan serius dengan program rumah subsidi ini? Sebab, program rumah subsidi menjangkau mereka yang berpenghasilan rendah. Ada value keadilan sosial di sana. Terlebih juga, semakin banyak peminat dan pegiat rumah subsidi, tentu gairah industri properti akan semakin membaik," katanya.
Dijelaskannya, dengan meningkatnya permintaan rumah, industri bahan bangunan seperti semen, genting, batu bata, baja dan lainnya akan ikut naik. Hal ini akan meningkatkan konsumsi energi seperti listrik, BBM dan gas untuk menunjang kegiatan produksi di industri material bahan bangunan.
"Di sektor propertinya sendiri, kalau bergairah penyerapan tenaga kerja juga akan bertambah. Kerja-kerja seperti memasang batu bata, memasang genting dan lainnya sebagian besar masih dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia, tentu akan menyerap tenaga kerja yang besar.
"Demikian begitu luasnya impact yang bisa dihasilkan oleh sektor industri properti pada roda perekonomian Indonesia. Program rumah subsidi bisa menjadi akseleratornya. Tidak berlebihan jika kemudian kami berkesimpulan bahwa menggalakkan program rumah subsidi secara massif dan luas, secara langsung dan tidak langsung akan memberikan dampak positif bagi masyarakat, bukan hanya business as usual antara developer dan pembeli rumah, tapi juga menggerakkan roda perekonomian nasional yang lebih besar, menyerap tenaga kerja, dan membuat Indonesia bahagia dan sejahtera," pungkas Didi Subsidi.