Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Indonesia secara geografis terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng Pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia.
Dikutip dari buku Risiko Bencana Indonesia (RBI), dua jalur gunung api besar dunia juga bertemu di Nusantara dan beberapa jalur pegunungan lipatan dunia pun saling bertemu di Indonesia.
Kondisi tersebut merupakan bagian dari hasil dari proses pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik.
Zona pertemuan antara lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia di lepas pantai barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan lempeng Pasifik di bagian utara pulau Papua dan Halmahera.
Aktivitas tektonik yang terjadi menyebabkan terbentuknya deretan gunung api di sepanjang pulau Sumatera, Jawa-Bali-Nusa Tenggara, utara Sulawesi-Maluku, hingga Papua.
Deret gunung api di Indonesia merupakan bagian dari deret gunung api sepanjang Asia-Pasifik yang sering disebut sebagai Ring of Fire atau deret sirkum pasifik.
Zona atau wilayah yang berada diantara pertemuan lempeng dan deret gunung api sering disebut sebagai zona aktif atau dikenal dengan istilah busur depan.
Umumnya di wilayah ini banyak terdapat patahan aktif dan sering terjadi gempa bumi, misalnya wilayah bagian barat dari bukit barisan, pesisir selatan Jawa, dan pesisir pantai utara Papua. Dampak lain dari aktivitas tektonik adalah terbentuknya patahan atau sesar.
Kondisi di atas, menyebabkan Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan bencana. Pekan lalu gempa berkekuatan M 5,6 dengan episentrum di wilayah Cianjur, Jawa Barat mengakibatkan lebih dari 300 orang tewas.
Bencana pun sudah dirasakan masyarakat di Nusantara sejak berabad-abad lalu. Sejumlah naskah kuno mencatat peristiwa-peristiwa tersebut.
Berikut naskah-naskah kuno yang memuat soal bencana seperti yang dikutip dari instagram Naskah Kuno Nusantara Perpustakaan Nasional RI.
4 Naskah Kuno yang Mencatat Bencana di Nusantara:
1. Serat Babad Sangkalaning Momana
Naskah ini berisi tentang cerita pangetanging taun. Pada halaman 50 disebutkan "angka 1506 Jimakir, Lindhu satira ing tanah jawi".
Artinya ada bencana gempa bumi pada 1506 Jimakir di Jawa.
2. Palilindon
Naskah ini beraksara Bali dan berbahan lontar. Berisi catatan dari pertanda gempa yang terjadi pada bulan-bulan tertentu.
Tertulis "ka/1/tkanin lindu/Bhatara Akasa sira mayogga". Artinya jika mangsa atau bulan ke-1 terjadi gempa, yang beryoga adalah Batara Angkasa.
3. Wariga Bhagawan Garga
Naskah ini selain berisi pemilihan hari-hari baik juga ada tanda-tanda alam, musim, dan pertanda benda-benda langit.
Naskah ini beraksara dan berbahasa Bali. Tercatat "iti tgesing tkaning ktug/mwah grudug". Artinya ini makna jika terjadi gemuruh.
4. Ramalan tentang Gempa, Obat, Doa, dan Azimat
Naskah ini menyebutkan hal-hal yang akan terjadi setelah gempa pada waktu tertentu. Misalnya, "jika bulan Shafar gempa pada siang hari, alamat segala manusia dalam negeri itu pindah dari pada suatu tempat kepada suatu tempat..."(dtc)