Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padang Sidempuan. Marni Lubis (62), nenek tua ini hanya bisa pasrah setelah kepala desa yang ditemuinya lepas tanggungjawab atas masalah yang sedang dihadapinya. Rumahnya baru saja gelap gulita setelah kabel penghubung arus di putus petugas di rumahnya.
Masalah nenek tua ini bukan karena pencurian arus atau menyambung listrik ke rumahnya secara ilegal. Tapi dia korban janji yang tak kunjung pasti dari petugas listrik yang menjanjikan meteran gratis buat rumah kurang mampu seperti dirinya.
Ini hari keenam rumahnya gelap gulita. Malam hari dia hanya beraktifitas dengan lampu botol minyak tanah. Resiko meletup dan kebakaran menghantui rumah papan berukuran kecil itu. Apalagi dirumah itu didiami anak-anak kecil.
Rumah dinding papan lantai semen kasar berukuran kurang lebih dari 3 kali 3 meter itu menjadi tempat baginya bersama tiga anak dan dua cucu yang masih kecil-kecil. Dia tinggal ditengah permukiman padat penduduk di dusun Salambue tak jauh dari Lapas kelas II B Padang Sidempuan. Potret kemiskinan masih banyak ditemukan di desa ini.
Marni Lubis seharusnya masuk kategori keluarga miskin, rumah tangga sasaran pemerintah. Kini dia tak tau harus melapor sama siapa lagi. Yang dia inginkan hanya rumahnya kembali terang oleh sinar listrik yang selama ini dia idamkan.
"Saya sudah keluarkan uang satu juta dua puluh ribu kepada petugas agar listrik masuk ke rumah, tapi sampai sekarang tidak kunjung ada, yang ada malah lampu yang dipasang petugas diputus," cetusnya.
Dia juga menyayangkan sikap kepala desa yang tidak memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya. "Saya sudah menemui kepala desa, tapi kepala desa bilang tak ada urusan lagi. Saya diarahkan langsung berurusan pada petugas yang memutus sambungan listrik ke rumah," ujar Marni sambil menyeka air matanya karena merasa ditipu.
Dia merasa uang yang dikasih kepada petugas lampu itu sudah menjadi solusi atas masalah lampu penerangan yang belum dia punya sejak puluhan tahun lamanya.
Tigor adalah petugas lampu yang menawarkan membantu nenek tersebut punya meteran gratis sebagaimana di programkan pemerintah kepada warga miskin. Sebelum nenek itu punya meteran Tigor menyambungkan arus kerumahnya terlebih dahulu. Tapi kini dia putus karena yang punya meteran tak memberikan arus ke rumah itu lagi.
Ditemui terpisah Tigor mengakui pernah menawarkan jasa mengurus meter gratis kepada keluarga miskin. Tapi usahanya ternyata tidak berhasil sampai sekarang. Itu karena data Marni yang diserahkannya masuk antrian panjang akibatnya banyaknya permohonan yang masuk ke pihak perusahan listrik negara (PLN).
"Iya awalnya memang uang simpanan nenek itu dikasih sama saya tapi nominalnya tidak seperti yang disebutkan. Hanya 500 ribu lainnya dari patungan warga," cetusnya saat ditemui, Kamis (15/12/2022).
Dia mengakui pemutusan itu akibat disuruh pemiliki meteran yang tak mau lagi arusnya dibagi, karena biaya tambahan tak dikasih.
"Yang punya meteran menyuruh saya memutus karena tidak ada bantuan biaya listrik. Biasanya kepala desa yang bantu, tapi bulan ke empat ini belum ada," ucap Tigor.