Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sergai. Para pengungsi yang menjadi korban banjir di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) berkeluh kesah. Setelah lebih sepekan di pengungsian, seperti yang dialami pengungsi di Dusun III, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Sergai, yang kekurangan pakaian. Selain itu korban banjir juga mengeluh susah buah air dan mandi karena tidak adanya toilet umum di posko pengungsi.
"Baju terutama karena kan kalau kita mau pulang banjir sudah terlalu dalam, kalau untuk mandi ya bayar, di sini mau mandi numpang di rumah orang, buang air kecil bayar Rp 2 ribu, mandi Rp 5 ribu. Ya bayar karena tidak ada (MKC) udah gitu kita punya balita dan anak SD," tutur Sridarwati, Jumat (16/12/2022).
Warga korban banjir mengungsi di pengungsian swadaya mereka. Warga tinggal dalam tenda seadanya dan tidur beralas tikar dengan peralatan tidur yang mereka bawa dari rumah masing-masing.
"Kemarin ngungsi di posko, sekarang di sini, tempat yang kita buat ya ada kasur dari rumah. Kalau di sini sudah tiga hari," ujarnya.
Selain itu warga pengungsi juga membawa peralatan dapur sendiri. Untuk makan, Sridarwati bersama warga membuka dapur umum. Jika ada bantuan mereka makan bersama-sama. Sementara untuk membeli ikan warga bergotong-royong swadaya semampunya.
"Kalau makan ya kita di sini makan sama sama, kalau ada bantuan kita masak sama sama, ya kalau mau beli ikan kita patungan beli ikannya," katanya.
Hal sama juga disampaikan Fatimah pengungsi lainya. Dia mengatakan, banjir yang terjadi saat ini adalah yang ketiga sejak November kemarin. Dia pun mengeluh soal tidak adanya toilet apalagi punya anak balita.
"Rumah terendam banjir jadi ya begini. Di sini susah karena tidak toilet apalagi ada anak kecil kan," keluhnya.
Untuk diketahui, banjir yang melanda 8 Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai telah memasuki hari ketujuh. Banjir yang ketiga mulai sejak Jumat (9/12/2022), saat ini telah melanda 46 desa dan berdampak 52.000 warga.
Dua kecamatan yang paling parah adalah Sei Rampah dan Kecamatan Tanjung Beringin yang mencapai sepinggang orang dewasa. "Bahkan kecenderungan air masih akan bertahan, sebab di hulu sungai yang berada di Dolok Masihul masih gelap dan hujan," ujar Surya Chandra dan Cholid Lubis warga Sei Rampah yang ikut mengungsi, Jumat (16/12/2022).
"Kami memohon pihak yang peduli untuk menyediakan toilet portable yang bisa difungsikan bagi warga," pintanya.