Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padang Sidempuan. Melihat kondisi Marni Lubis (62), janda nenek tua yang hidup bersama 2 anak dan 2 cucunya di dalam rumah papan berukuran 3 m kali 3 meter ini, teringat akan kisah di zaman Khalifah bin Umar bin Khattab RA. Di zaman itu pemimpin tak sengaja melihat warganya langsung, yang ceritanya si janda miskin memasak batu untuk mengelabui anaknya yang sedang kelaparan, hingga anaknya harus tertidur dalam kelaparan.
Sayangnya di zaman sekarang banyak pemimpin lalai seakan tak mau peduli dengan warganya, padahal amanah telah diterimanya setelah menjabat pemimpin. Alkisah ini sepertinya mewarnai kehidupan Marni Lubis, janda tua dan miskin ini tidak terdaftar atau tidak didaftarkan pemerintah sebagai penerima subsidi sebagaiman keluarga miskin yang mendapat kan bantuan dari pemerintah dalam hal ini perusahaan listrik negara (PLN).
Pihak PLN yang mencoba mendaftarkan identitas kependudukan KTP Marni Lubis ternyata tidak terdaftar sebagai penerima subsidi sehingga tidak berhak mendapatkan bantuan meteran kelas subsidi.
"NiK KTP nenek dan juga anaknya tidak terdaftar pada sistem sebagai penerima subsidi, kalau pihak PLN pasangkan meteran nonsubsidi ragu saya, nenek itu tak mampu membayar bulanannya,"ujar Mus, Danru Pelayanan Tehnik Kantor Jaga Pijorkoling, Senin (19/12/2022).
Solusi agar Marni dapat meteran listrik subsidi, pemerintah harus mendata administrasi warganya yang kurang mampu itu dan didaftarkan. "Solusinya bang pihak pemerintahan desa, kecamatan dan dinas sosial harus mendaftarkan nenek ini sebagai data miskin penerima subsidi pemerintah (PLN red).," tambah Mus.
Miris memang selama Murni Lubis menetap dan memiliki rumah tak layak huni itu tidak memakai meteran listrik. Puluhan tahun lebih nenek tua itu berdomisili di rumah gang sempit di Lorong 2, Desa Salambue, Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Pertanyaannya kenapa dia tidak terdata sebagai keluarga rumah tangga sasaran pemerintah. Padahal melihat dari indikator miskin rumahnya dan kehidupannya sangat layak menjadi sasaran pemerintah. Rumahnya dinding papan, lantai semen kasar, atap seng yang rapuh dan bocor. Pekerjaannya serabutan tukang mencari barang bekas (parmanjal) kadang juga membersih pekarangan orang.
Begitu juga dengan anaknya Taon yang memilik 2 orang masih kecil-kecil hidup serumah dengan Marni Lubis hanya bekerja menjajakan kerupuk yang diperolehnya dari pabrik kerupuk UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) di desa itu. Hasil penjualan kerupuk yang di dorong menggunakan kereta sorong atau "Beko" istilah kampungnya itu tidak seberapa kadang hanya mendapatkan penghasilan 10-20 ribu sehari berjualan.
Penghasilan nenek Munir Lubis dan juga anaknya hanya cukup untuk makan kadang juga kurang, sehingga keluarga ini juga sering dibantu orang dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Bantuan Berdatangan
Diputusnya aliran listrik ke rumah Murni Lubis seminggu lalu membuka tabir kelam keluarga miskin di kota Padang Sidempuan ini. Ini salah satu potret kemiskinan dari sekian banyak kemiskinan yang ada. Ternyata Marni Lubis tidak memiliki meteran listrik, dan tidak terdata sebagai warga penerima subsidi pemerintah.
Dia tidak seberuntung warga miskin lainnya yang tidak hanya mendapatkan meteran gratis tapi juga mendapat bantuan sosial lainnya seperti bedah rumah dan juga bantuan langsung tunai. Seperti di Desa Sigulang desa yang berbatasan dengan Salambue itu, warga miskinnya saat ini sedang mendapatkan pembangunan rumah gratis dari rumah papan menjadi rumah permanen.
"Insyaallah ini kedua kalinya dapat tadinya rumah satu kamar tahun ini bertambah jadi rumah saya tiga kamar,"ujar warga yang dapat bantuan pemerintah itu.
Berkah dari terungkapnya masalah ini memicu keprihatinan warga yang peduli. Dari warga masyarakat dan juga tokoh politik sudah menyambangi rumah nenek ini untuk memberikan bantuan.
Iswandy Arisandiy, misalnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Padang Sidempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini langsung respon.
Setelah mendapat informasi cerita masalah Marni Lubis, Iswandy Arisandiy langsung menyuruh anggota mengecek dan memberikan bantuan. Tidak hanya bantuan kebutuhan pokok dia juga menawarkan pemasangan meteran baru listrik di rumah nenek itu plus biaya listrik selama satu tahun. Hanya saja pihak PLN masih melakukan usaha tersendiri agar nenek itu memiliki meteran gratis subsidi yang membuat keinginan Andi Arisandi belum kesampaian khusus membantu memasang meteran listrik.
Ini adalah kemiskinan yang kadang kita lalai. Aparatur pemerintah tingkat desa harus peka terkait kondisi warganya, bukan justru buang rasa tanggungjawab seperti cerita sebelumnya. Sehingga warga miskin benar-benar terdata sebagai penerima manfaat.