Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
DIMASA-MASA sekarang ini kita semakin melihat tingkah-tingkah anak yang semakin aneh. Dari konten tiktok yang melanggar norma kesusilaan sampai aksi sok jagoan menendang nenek tua renta. Dari voice note di whatsapp group kelas yang tidak bertatakrama sampai ucapan kasar dan tak pantas kepada orang yang lebih tua.
Tidak hanya itu, ternyata peralihan sistem belajar online ke sistem belajar tatap muka menghabiskan lebih banyak energi dan membuat guru menjadi lelah. Guru yang semakin lelah dan murid yang semakin bertingkah adalah kombinasi yang lengkap menuju pendidikan yang semakin keropos dan gampang hancur.
Tri Pusat Pendidikan
Kalau kita lihat komentar dari postingan tentang tingkah laku anak-anak tersebut, banyak yang menyalahkan sekolah dan guru. Hal ini juga didorong oleh tidak sedikitnya influencer saat ini yang mendegradasi fungsi sekolah.
Tidak banyak dari kita yang mengerti bahwa proses pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Menurut Ki Hajar Dewantara, ada 3 pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat.
Masyarakat yang dihadapi oleh anak di zaman sekarang lebih kompleks dari masyarakat yang dihadapi anak di jaman Ki Hajar Dewantara. Masyarakat hari ini terdiri atas 2, yaitu masyarakat nyata dan masyarakat maya.
Masyarakat maya adalah masyarakat yang dijumpai anak beberapa detik setelah anak menatap layar laptop atau smartphone. Anak zaman sekarang malahan lebih banyak menghabiskan kehidupan sosialnya di masyarakat maya daripada masyarakat nyata, sehingga perilaku dan karakter murid akan sangat banyak terpengaruh oleh konten yang mereka dapati di masyarakat maya.
Di zaman ini hidup serba cepat hingga 24 jam sehari dan 7 hari seminggu menjadi kurang. Tidak sedikit keluarga yang membiarkan anak berkembang sendiri tanpa bimbingan yang cukup dari orang tua karena tuntutan pekerjaan.
Hal ini membuat anak sebebas-bebasnya mengeksplorasi dunia maya. Waktu orang tua memberikan teladan jauh lebih sedikit dari para influencer yang ditemuinya di dunia maya, sehingga anak zaman sekarang adalah bentuk mini dari influencer yang diikutinya. Sementara itu sekolah disibukan dengan masa-masa peralihan yang cukup menyita waktu dan energi.
Peralihan Musim
Pengendara sepeda motor sangat relate dengan peralihan musim dari musim panas ke musim hujan. Peralihan ini cukup membuat repot karena harus mengubah kebiasaan untuk menyediakan mantel hujan setiap akan bepergian. Peralihan itu belum seberapa repot jika dibandingkan dengan peralihan yang dirasakan oleh sekolah dari tatap maya ke tatap muka dan guru adalah objek paling merasakan dampaknya.
Banyak anak yang sebelumnya belum pernah bertemu secara langsung dengan gurunya. Pembelajaran di kelas menjadi lebih kaku dan dingin. Sering sekali bahkan mood guru turun secara drastis melihat ekspresi siswa yang merasa bosan dan tidak bersemangat. Guru berusaha membangun suasana yang menyenangkan dan itu jauh lebih berat dari yang pernah dilakukan sebelum pandemi.
Kebiasaan selama pandemi juga menyebabkan antusiame siswa terhadap pembelajaran menurun drastis. Hal ini disebabkan oleh konten-konten di layar smarthphonenya yang jauh lebih menarik daripada pembelajaran dari gurunya.
Sekitar 2 tahun menjalani pendidikan jarak jauh, anak biasa mendengarkan pelajaran sambil tiduran bahkan tidak jarang sampai benar-benar ketiduran. Jika bosan, anak bisa belajar sambil scroll smarthponenya.
Di sekolah anak harus duduk di kursi selama berjam-jam mendengarkan guru mengajarkkan pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini membuat fokus anak ketika pembelajaran tatap muka menjadi gampang beralih.
Tidak hanya itu, dengan hidup yang jauh lebih mudah dan instan, daya juang anak juga sangat rendah. Sering sekali anak gagal dan langsung menyerah, guru mendorong anak terus menerus. Ini semua sangat melelahkan.
Selalu ada Harapan
Perubahan akan terus terjadi dan kita tidak kuasa menghentikan perubahan itu. Di setiap fase perubahan musim pasti ada masalah dan itu pasti dapat diselesaikan. Masalah adalah sebuah kesempatan untuk menemukan solusi.
Para pendidik dapat melihat dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. Sebagai contoh, kita punya generasi yang sangat kreatif, mampu memperoleh informasi berlimpah dan melek teknologi. Tugas tertulis dengan menyelesaikan soal-soal akan menjadi sangat membosankan, memberikan projek-projek menantang selain dapat mengalihkan perhatian siswa dari konten negative juga membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Sekolah harus menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Sekolah harus mulai bekerja sama dengan orangtua siswa. Melalui informasi dari orang tua, sekolah bisa lebih memahami sifat, karakter dan potensi anak. Melalui informasi dari sekolah orangtua bisa mengetahui pertumbuhan perkembangan belajar anak. Sekolah memberikan penjelasan cara mendampingi anak dalam bertumbuh.
Di akhir pekan ataupun di hari libur, anak-anak sebaiknya dibawa ke tempat wisata, museum ataupun pagelaran seni. Anak-anak dapat membagikan pengalaman belajar tersebut untuk dibagikan di dunia maya. Hal ini diharapkan mampu sedikit merubah atmosfer masyarakat maya kita.
Saat ini masyarakat maya adalah tempat pendidikan karakter terbaik sehingga pemerintah diharapkan dapat menggunakannya dengan maksimal. Para influencer harus segera menyadari bahwa mereka bisa lebih berdampak daripada guru di sekolah.
Pemerintah diharapkan dapat mendorong atmosfer maya di Indonesia menjadi lebih positif bagi dunia pendidikan anak. Pemerintah dapat memberikan penghargaan yang cukup bagi para influencer dengan konten pendidikan, sehingga para influencer lain dapat berlomba-lomba menghasilkan konten-konten pendidikan yang menarik. Pemerintah dapat membangun algoritma sendiri dengan cara-cara seperti ini.
Semangat dan optimisme harus disebarkan di dunia pendidikan. Guru yang lelah kemungkinan besar akan mengalami kemerosotan kesehatan mental dan kreativitas. Jika ini terjadi terus menerus maka anak-anak juga yang akan menjadi korban.
Guru harus saling berdiskusi, saling membangun dan berbagi ide-ide pengajaran di berbagai media. Pemerintah harus pro aktif menciptakan lingkungan pendidikan yang penuh semangat dan saling membangun. Jika guru merasa sendiri, guru akan mudah lelah, sementara masa depan ada di tangan kita. Panjang umur perjuangan pendidikan Indonesia.
====
Penulis Guru SMA Unggul Del Toba, juga menjadi penulis opini di berbagai media.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]