Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat Tionghoa senantiasa menyambut Hari Raya Imlek dengan penuh sukacita. Oleh karena itu, tidak heran jika salah satu hari besar masyarakat Tionghoa tersebut selalu dirasakan dengan meriah.
Tokoh pemuda Tionghoa Tebing Tinggi, Sandy, berharap Imlek pada tahun 2023 ini lebih meriah, mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang semakin mereda.
"Tahun ini masyarakat dapat menggelar berbagai acara atau perayaan bersama orang-orang tercinta tanpa perlu khawatir lagi," ujar Sandy dalam keterangannya, Jumat (20/1/2023).
Pada Hari Imlek 2023 ini, kata Sandy, tentunya, masyarakat Tionghoa telah mempersiapkan hari yang istimewa ini dengan penuh antusias.
"Imlek 2023 ini merupakan Tahun 2574 Kongzili berdasarkan penanggalan Tionghoa dan tahun ini merupakan tahun kelinci," jelasnya.
Sejarah Imlek
Latar belakang Imlek mulai dirayakan sekitar 3.500 tahun lalu, tepatnya pada masa pemerintahan Dinasti Shang (1600-1046 SM).
Masyarakat awalnya mengadakan upacara pengorbanan untuk dewa dan leluhur di awal atau akhir tahun secara rutin.
"Namun, saat ini Imlek telah mengalami perkembangan, sehingga beberapa tradisi kuno sudah ditinggalkan," kata Sandy.
Mengutip berbagai sumber, Imlek termasuk bagian dari pesta rakyat untuk menyambut musim semi.
Sejarah Imlek di Indonesia diawali dengan datangnya orang Tionghoa pada abad 3 Masehi ke Asia Tenggara.
Awalnya, kedatangan orang asing tersebut untuk berdagang, namun akhirnya juga menimbulkan berbagai perkembangan dari segi maritime, sistem moneter, budidaya komoditas, teknik produksi, dan lain sebagainya.
Alhasil, budaya orang Tionghoa juga ikut dibawa dan disebarkan ke nusantara, termasuk perayaan Imlek.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Hari Imlek tidak boleh dirayakan di depan umum. Namun, semenjak masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, masyarakat dari berbagai agama bebas merayakan hari-hari penting dalam agamanya.
"Hal ini juga berlaku bagi masyarakat Tionghoa yang dapat merayakan Imlek tanpa perlu bersembunyi lagi. Lalu, pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek diresmikan sebagai hari libur nasional," kata Sandy yang juga menjabat Ketua organisasi sayap PDIP, Repdem Kota Tebing Tinggi ini.
Tradisi Imlek
Adapun tradisi Imlek masyarakat Tionghoa sebagai berikut:
1. Mendekorasi Rumah
Setiap masyarakat Tionghoa selalu mendekorasi rumah saat menjelang perayaan Imlek.
Seperti yang diketahui, hari besar ini selalu identik dengan warna merah, sehingga tidak heran jika rumah masyarakat yang merayakannya dihias dengan nuansa khas merah.
Pintu dan jendela akan kembali dicat agar lebih indah dan dihias dengan berbagai kertas yang bertuliskan kalimat bijak. Warna tersebut dipercaya bisa mendatangkan kesejahteraan dan keberuntungan.
2. Memberi Angpau
Imlek juga memiliki tradisi memberikan angpau (amplop berwarna merah) berisi uang tunai.
Angpau diberikan sebagai bentuk hadiah bagi anak-anak Tionghoa untuk menyambut Imlek. Makna pemberian angpao tersebut adalah rezeki yang mengandung hoki, kekuatan, dan kesejahteraan.
"Makna Hari Raya Imlek 2023 sangat penting bagi masyarakat Tionghoa. Dengan merayakan Imlek, maka masyarakat Tionghoa dapat melestarikan tradisi yang telah berjalan ribuan tahun sekaligus menjadi waktu terbaik untuk saling berkumpul bersama," tutup Sandy.