Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Platform media global telah memberikan dampak terhadap kehidupan di semua sektor, termasuk pada media. Kondisi ini memberikan dampak kepada pengelola atau penerbit media karena periklanan juga dikendalikan oleh digital global.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Atal S Depari, pada seminar Digital Diruption and Suistanable Media Ecosystem Governance, yang diselenggarakan, Selasa (7/2/2023), di Medan, mengatakan, Indonesia terintegrasi dalam lansdacape digitalisasi global.
Karena itu, katanya, harus diakui secara secara fair bahwa Google, Facebook, Apple, Alibaba, Twitter, Amazone, dan lainnya, telah memberikan banyak manfaat pada kehidudan sosial dan ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebebsan berekspresi, ekonomi kreatif, dan proses demokrasi.
"Namun disrupsi yang dirasakan dapat dirasakan di semua kehidupan pada semua sektor. Pengelola media semakin sulit menghindari ekosistem dan disrupsi dan periklanan yang dikendalikan digital global. Banyak pengelola media yang sangat kecewa atas kehadiran platform dan ada pula yang meninggalkan. Kondisi ini harus benar-benar dipikirkan," ujarnya.
Dalam hal ini, kata Atal S Depari yang juga President of the Confederation of ASEAN Journalist (CAJ) ini, penerbit tidak hanya bekerja sama dengan platform, namun harus ada opsi lain di luar kerja sama dengan platform digital yang sifatnya fundamental.
"Platform dan penerbit atau pengelola media harus saling win win, jangan berat sebelah," ujarnya dalam seminar serangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 yang bertemakan Pers Bebas Demokrasi Bermartabat.
Nelson Yap, Publisher & Editor of Australian Property Journal, Co-convener of Public Interest Publishers Alliance and Board Member of LINA, yang hadir sebagai pembicara pada seminar itu menceritakan bagaimana kondisi media di Australia.
Berdasar pengalamannya, Nelson mengatakan bahwa pengelola media harus bisa bernegosiasi dengan platform global. "Almost 24 digital publisher support google 2021," katanya.
Peneliti Media dan Komunikasi, Agus Sudibyo, mengatakan, untuk menghadapi platform global, maka pemilik media di setiap daerah tidak bisa 'berjalan' sendiri.
Ia mengatakan, media harus membangun network dan berkolaborasi dengan platform global. Sebab, 76-81% google dan facebook mengontrol pemberitaan yang dihasilkan oleh media. Bahkan 75% periklanan juga dikontrol oleh platform seperti google dan facebook.
"Pengelola media, tidak lama lagi kita ini sudah punya regulasi yang mengatur media massa dan platform global. Saya dapat kabar dari ring satu setengah ini, jadi yang paling penting pengelola media belajar negosiasi dengan google dan fb. Kalau tidak bisa nanti ada regulasi tapi ga bisa mnggunakannya. Teknologi bagaimana, negosiasinya bagaimana. Pak Nelson tadi menyampaikan bahwa negosiasi untuk media kecil, asosiasi harus berperan. Mereka harus membantu anggotanya bagaimana mempersiapkan diri agar media di Indonesia memiliki peluang, bagaimana menuntut Google, FB agar berita yang dihasilkan media ada nilai beritanya," ujarnya.
Dalam kata penutupnya, Agus Sudibyo, menegaskan kembali agar media belajar bernegosiasi menghadapi google dan FB. Dan ini hal ini membutuhkan kerja sama dan pesiapan bersama.