Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sergai. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara mencatat, dari jumlah siswa SMA yang tamat pada tahun 2022 di Sumut hanya 36,7% yang kuliah melanjutkan studi di perguruan tinggi. Data itu memperlihatkan masih rendahnya jumlah siswa kuliah di perguruan tinggi di beberapa wilayah.
Salah satu daerah yang memiliki angka tertinggi siswa SMA tidak melanjut ke perguruan tinggi adalah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) dengan 82,6% yang artinya Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA sederajat hanya 17,4% yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Sergai masuk ke dalam daftar daerah dengan siswa yang sangat sedikit melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi bersama daerah lainnya seperti, Batu Bara sebesar 94,9% dan Labuhan Batu Utara angka siswa SMA yang tidak melanjut ke Perguruan Tinggi sebesar 84,8%.
Hal itu pun diakui oleh Cabang Dinas Pendidikan Sei Rampah yang menaungi sekolah SMA dan SMK di Sergai.
"Memang kondisi masih seperti itu. Jika siswa SMK tidak melanjutkan kuliah karena banyak memilih ke dunia kerja. Sementara itu yang SMA banyak faktor lainya termasuk ekonomi," ujar Misno Kepala Seksi SMA Cabang Dinas Pendidikan Sei Rampah, Selasa (7/2/2023).
Misno mengatakan, banyak siswa yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir dan perkebunan urung melanjutkan sekolah hingga sarjana.
Selain karena jarak yang cukup jauh, keterbatasan dan ekonomi keluarga jadi penyebab.
Hal itu membuat siswa setelah menyelesaikan sekolah memilih untuk bekerja sebagai nelayan, bertani atau bekerja di perkebunan.
"Daerah pesisir dan perkebunan banyak seperti ini. Mereka lebih memilih bekerja sebagai nelayan atau di perkebunan. Jadi faktor lokasi kuliah yang jauh dan, ekonomi juga," ungkapnya.
Selain itu, dorongan keluarga juga masih sangat minim. Padahal kata Misno pendidikan menjadi faktor penting untuk meningkatkan SDM dan pembangunan daerah.
"Dari analisis data yang ada, faktor orang-orang tua dan anak sangat rendah jadi setelah sekolah langsung kerja. Apalagi di Sergai Perguruan Tinggi kita tidak ada, jadi harus kuliah di tempat lain," tambahnya.
Misno berujar, angka jumlah harapan sekolah di Sergai cukup baik. Sebagian besar anak anak di sana menyelesaikan wajib belajar selama 12 tahun. Namun setelah itu, sangat sedikit anak anak yang ingin kuliah di luar daerah.
"Tentu kita akan bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah dan orangtua agar memotivasi agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan.
Hal itu pun kemudian mendapatkan tanggapan dari Ketua Komisi D DPRD Sergai yang bermitra dengan dinas pendidikan, James Hotlan Pangaribuan SE.
Dia menilai rendahnya siswa yang melanjutkan studi hingga ke perguruan tinggi menjadi tantangan bagi kemajuan daerah.
"Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua termasuk pemerintah daerah. Jika kita tegak lurus ke progam nasional agar pendidikan ini terus diperbaiki termasuk bagaimana keberlanjutan sampai ke perguruan tinggi," kata politisi Gerindra itu.
James merasa, data dinas pendidikan itu bisa sebagai rujukan untuk membuat kebijakan yang lebih komprehensif bagi dunia pendidikan di Sergai.
Menurutnya meski Sergai belum memiliki perguruan tinggi harusnya hal itu tidak membuat masyarakat berhenti untuk melanjutkan studinya. Apalagi Sergai daerah yang tidak terlalu jauh dengan kota besar lainnya seperti Medan.
"Ini harus menjadi fokus, menjadi atensi agar bagaimana ke depan bisa jumlah ini ditingkatkan. Tentu ini perlu kebijakan pemerintah daerah, seperti pemberian Bea siswa yang lebih banyak pelajarnya yang berasal dari anggaran daerah," sarannya.
"Walaupun di sini jauh perguruan tinggi tapi kita tidak terlalu jauh dari Medan dan banyak orang contohnya di Danau Toba mereka masih mau sekolah. Jika tidak ada perguruan tinggi bukan berarti tidak bisa kuliah. Kami tentu akan mendorong, karena pembangunan daerah punya korelasi dengan pendidikan masyarakatnya," tandas James.