Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ramses Simbolon, umat Katolik yang berkecimpung di dunia politik dan organisasi sosial kemasyarakatan, mengimbau agar jangan ada pihak-pihak tertentu yang membawa politik praktis di dalam gereja. Gereja juga jangan dibawa untuk dukung mendukung pihak-pihak tertentu.
Hal itu dikatakan Ramses Simbolon saat berdiskusi ringan dengan awak media di Medan, Kamis (16/2/2023).
Ramses mengatakan, gereja bertugas untuk menyuarakan suara-suara kenabian dan tidak berpolitik praktis. "Politik yang dijalankan gereja adalah politik kebangsaan dan politik untuk kesejahteraan umat," jelasnya.
Ramses Simbolon mengatakan, umat gereja yang berkecimpung dalam dunia politik memiliki kewajiban untuk menjaga agar gereja tidak tergerus ke dalam politik praktis.
Ramses Simbolon juga mengatakan, pimpinan gereja pasti akan mendukung umatnya yang berprofesi apapun, termasuk yang berprofesi di dunia politik. Apabila umat tersebut bekerja dengan baik tentu akan disambut pimpinan gereja dengan baik.
"Siapapun yang datang maka akan disambut pimpinan gereja dengan bagus, pimpinan gereja akan mendoakan dengan bagus dan kalau sudah bagus tentu akan diminta untuk melanjutkan karena ini menyangkut gereja. Ini kan merupakan hal-hal normatif," tuturnya.
Ramses Simbolon juga meyakini bahwa pimpinan gereja tidak pernah berpikiran untuk mendukung seseorang. Pimpinan gereja akan menjaga jarak yang sama dengan siapapun yang datang.
Terkait dengan kondisi yang akan menyambut Pemilu 2024, Ramses Simbolon meminta agar para bacaleg menghindari polarisasi.
"Jangan lakukan upaya penggiringan untuk kepentingan-kepentingan politik praktis. Mari kita berlomba berbuat kebaikan. Ini menjadi kewajiban bagi orang yang terjun ke dunia politik untuk menghindari polarisasi dan menjaga keutuhan umat serta ciptakan kesejukan. Dewasalah berpolitik," tegasnya.
Sementara Agustinus Sitompul, salah seorang umat Katolik meminta agar jangan ada oknum yang membuat umat terpecah belah.
"Umat ini banyak pilihannya dan kita harus menghargai hal itu. Kita harus menjadi umat Katolik dewasa yang berazasi bebas atau bebas memilih," tuturnya.