Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisinisdaily.com-Medan. Tambang Emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources (PTAR) yang beroperasi di Batang Toru, Tapanuli Selatan (Tapsel) sejak 2012, membawa berkah tersendiri bagi warga lokal di Batang Toru.
Keberadaan pertambangan di suatu tempat selalu menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi pertambangan membuka lapangan kerja. Namun di sisi lainnya juga dianggap merusak lingkungan.
Dikutip dari website Hukumonline.com Peneliti Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Ki Bagus Hadikusuma mencatat periode 2014-2019 terdapat 71 konflik di sektor pertambangan.
Konflik itu terjadi antara masyarakat yang menolak izin usaha pertambangan melawan perusahaan dan pemerintah. Kasus itu terjadi pada lahan seluas 925.748 hektare.
Konflik paling banyak terjadi di Provinsi Kalimantan Timur (14 kasus); diikuti Jawa Timur (8 kasus); dan Sulawesi Tengah (9 kasus). Konflik itu terkait keberadaan tambang emas (23 kasus), batubara (23 kasus), dan pasir besi (11 kasus).
“Seluruh konflik tambang itu terjadi pada lahan seluas 925.748 hektar atau setara 2 kali luas Brunei Darussalam,” kata Bagus dalam peluncuran Catatan Awal Tahun 2020 dan Proyeksi di Jakarta, Senin (6/1/2019).
Berbeda dengan keberadaan tambang pada umumnya. Keberadaan tambang emas Martabe banyak membawa manfaat bagi 15 desa di sekitar tambang.
Tambang Emas Martabe benar-benar menerapkan konsep tambang berkelanjutan, yang membawa manfaat sosial, pemeliharaan lingkungan dan pemberdayaan potensi lokal.
Melalui program berkelanjutannya, tambang emas Martabe memberdayakan lebih dari 25% perempuan yang menjadi karyawan, ditambah lagi dengan program marsipature hutanabe untuk pemberdayaan warga sekitar tambang.
Katarina Siburian Hardono sebagai Senior Manajer Corporate Communications PT. Agincourt Resource pada konferensi pers yang dilaksanakan di Medan, Kamis (03/02/2023), mengatakan, kegiatan pertambangan tetap membawa dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat lokal.
Target kesetaraan gender, peningkatan kompetensi dan kapasitas seluruh karyawan agar bisa berkompetisi menduduki posisi-posisi yang strategis dalam perusahaan tanpa memandang latar belakang.
"Kalau melihat dari statistiknya, sekitar 25% (karyawan perempuan), tidak ada perusahaan tambang lain yang punya karyawan perempuan dan berpartisipasi didalam operasional sampai 25%. Seluruh level ya, dari operator alat berat, bayangkan saja perempuan mengoperasikan dump truk sebesar itu, rata-rata perempuan lokal yang tadinya sama sekali nyetir saja tidak bisa, jadi kami didik dari nol, untuk bisa menjadi seperti sekarang, bahkan sudah ada yang bisa menjadi supervisor operator alat berat sampai ke level direktur dan komisaris, diisi oleh perempuan,” Jelas Katarina Saat konferensi pers di Medan (03/02/2023).
Dari 25% ini, 45% nya mengisi posisi asisten direktur, jadi cukup merata untuk mengisi posisi-posisi.
Marsipature Hutanabe
Masih dalam pengembangan kapasitas karyawan lokal, Tambang Emas Martabe memiliki program “Marsipature”, satu strategis perusahaan untuk mendorong karyawan lokal yang direkrut dari 15 desa di tapanuli selatan untuk bisa mengiisi posisi-posisi strategis.
“Harapannya ditahun yang telah kita setujui bersama, misalnya di tahun 2025 tidak ada lagi posisi supervisor yang diisi oleh karyawan dari luar, harus diisi oleh karyawan lokal dengan cara mendidik karyawan lokal tersebut, terus begitu, nanti 3 tahun berikutnya kita harapkan di level diatasnya sudah bisa diisi semua oleh karyawan lokal, nanti makin lama, makin lama, makin naik,” Ujarnya.
Pelestarian Lingkungan
PTAR setiap tahunnya sejak 2012, tambang Emas Martabe telah menanam lebih dari 41.000 bibit pohon, dengan potensi produksi oksigen sekitar 18 juta kilogram per tahun dan penyerapan gas karbon sekitar 1 juta ton per tahun.
Selain itu dikutip dari Siaran Pers Agincourt Resources, pada 2 Februari 2023, Tambang Emas Martabe menanam 30.000 bibit mangrove di lahan seluas 10 hektar dan melepas puluhan ribu kerang di Desa Aek Garut, Kecamatan Pandan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Seandainya semua usaha tambang membawa berkah bagi warga sekitarnya, konflik menolak tambang tak perlu terjadi.
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Karya Jurnalistik 2023 Tambang Emas Martabe