Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga gabah tertinggi pada Februari 2023 di tingkat petani Sumatra Utara (Sumut) senilai Rp 7.250/kg berasal dari gabah kualitas Gabah Kering Giling (GKG) varietas Inpari 32 di Kabupaten Batubara. Sedangkan harga terendahnya Rp 4.500/kg dari Gabah Kering Panen (GKP) varietas Silampung di Kabupaten Mandailing Natal.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Harga Produsen Gabah di Sumut pada Februari 2023 telah mencatat 97 observasi transaksi penjualan gabah di 13 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi oleh GKP sebanyak 47 observasi (48,45%), disusul gabah kualitas rendah sebanyak 27 observasi (27,84%), dan GKG sebanyak 23 observasi (23,71%).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin, mengatakan, harga gabah di tingkat penggilingan pada Februari, tertinggi Rp 7.450/kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Inpari 32 di Kabupaten Batubara. "Sedangkan harga terendah Rp 4.500/kg yang berasal dari Gabah Kualitas GKP varietas Silampung di Kabupaten Mandailing Natal," katanya, Selasa (7/3/2023).
Pada Februari, rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 4,50% dari Rp 6.091/kg pada Januari menjadi Rp 6.365/kg. Kelompok kualitas GKP juga mengalami kenaikan sebesar 5,15% dari bulan sebelumnya yaitu dari Rp 5.439/kg menjadi Rp 5.719/kg.
Sementara itu, rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat penggilingan mengalami kenaikan sebesar 4,14% dari Rp 6.222/kg pada Januari menjadi Rp 6.479/kg pada Februari. Kelompok kualitas GKP juga mengalami kenaikan 5,21% dari Rp 5.564/kg menjadi Rp 5.854/kg.
Pada bulan Februari, kata Nurul Hasanudin, pengumpulan hasil observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dicatat di Sumut, terbanyak berasal dari kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 20 observasi (20,62%), disusul kabupaten Tapanuli Selatan, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai masing-masing sebanyak 10 observasi (10,31%), Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 9 observasi (9,28%) dan Toba sebanyak 8 observasi (8,25%).
Kemudian Kabupaten Labuhanbatu, Langkat, Batu Bara, Padang Lawas Utara, Labuhanbatu Utara masing-masing sebanyak 5 observasi (5,15%), kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 3 observasi (3,09%), dan kabupaten Asahan 2 observasi (2,06%).