Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan.Hipertensi menjadi penyakit tertinggi yang diderita masyarakat Indonesia. Pola hidup dan faktor genetik (keturunan) ditengarai menjadi pemicu hipertensi.
Selain hipertensi, diabetes, stroke, gagal ginjal dan jantung menjadi penyakit dalam yang sering menyerang masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, angka kematian akibat penyakit dalam tidak menular tergolong tinggi. Penderita hipertensi berada di ranking pertama sebanyak 34,1%, diikuti diabetes, 8,5%, stroke sebesar 7%, gagal ginjal 3,8% dan penderita penyakit jantung 1,8%.
"Pola hidup atau keturunan genetika memang menjadi faktor utama penyebab penyakit ini," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Ratna Tri Riskiana, di The Clinic Beautylosophy Medan, Rabu (8/3/2023).
Dikatakan Ratna, jika disebabkan oleh faktor genetika, banyak pasien yang tidak mengetahui dari mana gen itu berasal dan harus mencari tahu.
Setelah tahu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter dan setelah mendapat edukasi dari dokter jika memang ada penyakit tertentu pasien harus menerima penyakitnya.
"Biasanya pasien yang tidak terima itu, mereka yang menderita penyakit diabetes dan mereka langsung merasa "dunia runtuh". Kondisi ini bisa membuat pasien semakin stres dan membuat penyakit semakin parah. Padahal jika diobati dengan baik, penyakit bisa dikontrol," katanya.
Dari 5 penyakit dalam tersebut, tambah dr Ratna, jika ada tanda-tanda yang dirasakan harus segera melakukan pemeriksaan kesehatan. Dan biasanya, si penderita harus melakukan pengobatan seumur hidup.
Ia menyarankan, masyarakat harus melakukan pengecekan enam bulan sampai satu tahun sekali baik cek darah atau USG. Sebenarnya, di luar negeri sistem tersebut sudah ditanamankan sejak muda sehingga mereka lebih cepat mengetahui "bibit-bibit" penyakit yang ada di dalam dirinya sehingga bisa diperbaiki sejak dini.
"Jangan sampai menunggu sakit parah baru diobati. Gaya hidup harus diperbaiki karena penyakit itu juga berasal dari gaya hidup yang tidak baik, jaga makanan dan lakukan banyak aktivitas atau berolahraga," katanya.
Clinical Application Specialist, Hendri mengatakan, pada umumnya, dokter yang telah selesai memberikan treatment kepada pasien, baik itu berupa diagnosis maupun perawatan, hasilnya akan dibawa oleh suster. Selanjutnya, hasil tersebut akan dibawa ke bagian lab, untuk dilakukan analisis manual kembali.
"Namun denga alat Afinion bisa memangkas hal tersebut. Alat ini menjadi penganalisis multi pengujian yang ringkas, cepat yang dapat memberikan pengujian kepada pasien," kata Hendri.
Dia menambahkan, kemudahan laik yang diberikan Afinion yaitu memusatkan semua hasil tes ke dalam sistem AegisPOC. Dengan demikian, saat ada stakeholder yang ingin mengakses data pasien, semuanya bisa terkoneksi dengan cepat.