Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Polda Sumut memastikan kematian personel Satlantas Polres Samosir Bripka Arfan Saragih (AS), murni bunuh diri dengan meminum cairan sianida.
Bripka AS merupakan terlapor kasus dugaan penggelapan uang wajib pajak kendaraan bermotor sebesar Rp2,5 miliar di Samsat Pangururan, Kabupaten Samosir.
Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, dari hasil penyidikan yang dilakukan tim khusus didukung keterangan ahli terutama ahli forensik termasuk ahli toksikologi dan forensik, penyebab kematian Bripka AS disimpulkan mati lemas akibat masuk racun sianida ke lambung disertai pendarahan pada rongga kepala akibat benturan benda tumpul.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan kedokteran, tidak ditemukan fraktur pada tengkorak, tidak ditemukan ada luka pada kulit luar korban. Bahwa yang terjadi adalah benturan," kata Irjen Panca didampingi Sekretaris Kompolnas Beny Mamoto dan Komisioner Kompolnas Poengky Indarti dalam konferensi pers di Aula Tri Brata Mapolda Sumut, Selasa (4/4/2023) malam.
Menurut Irjen Panca, dari hasil penyidikan tidak ditemukan tanda kekerasan yang disengaja akibat kematian Bripka AS.
Tak hanya itu, masuknya sianida ke tubuh Bripka AS juga tanpa paksaan. Bripka AS dipastikan meninggal karena lemas akibat meminum sianida.
"Semua diberi penjelasan dikaitkan dengan kondisi TKP saat itu. Tidak ditemukan ada tanda kekerasan yang disengaja akibat kematian korban. Masuknya sianida ke tubuh tidak ada tanda paksaan. Faktanya tidak ditemukan sisa bercak di sekujur badan termasuk di baju tidak ditemukan sisa sianida," jelas Kapolda.
Hal ini ditegaskannya usai pihaknya bersama unsur terkait telah melakukan gelar perkara termasuk bersama pihak keluarga, Tim Kompolnas dan para ahli.
Irjen Panca menambahkan, Bripka AS telah mempersiapkan diri untuk bunuh diri setelah ketahuan menggelapkan uang milik para wajib pajak. Hal itu diketahui dari pencarian browsing di ponselnya yang sempat menelusuri soal cairan sianida.
"Lalu almarhum memperoleh cairan sianida dengan cara membelinya dari internet. Tim juga menemukan terkait proses pembelian sianida. Dibeli dari belanja online pada 22 Januari 2023 sehari sebelum almarhum bertemu dengan AKP Yogi," bebernya.
Usai penjelasan Kapolda yang berlangsung hingga pukul 23.05 WIB itu, terjadi perbedaan tanggapan dari pihak keluarga yang pro dan masih kontra dengan hasil kesimpulan dari Polda Sumut tersebut.
Terlihat tim pengacara keluarga Bripka AS bersalaman hangat dengan Kapoldasu, Wakapoldasu termasuk Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.
Bahkan Kapolda Panca terlihat sengaja mengarahkan AKBP Yogie Hardiman untuk bersalaman dengan pengacara keluarga Bripka AS. Bahkan seusai itu, tim pengacara langsung beranjak pergi tanpa mau diwawancarai wartawan.
Sementara pihak keluarga di belakangnya malah terlihat tidak puas dan bersikap lantang akan membawa kasus ini ke Mabes Polri.
"Masih banyak yang janggal, tolong diotopsi ulang, kami tidak puas dan akan menempuh jalur hukum dengan berangkat ke Mabes Polri," kata salah seorang pihak keluarga Bripka AS, Jasensus Girsang, kepada wartawan.
Jasensus Girsang yang mengaku tulang (paman) dari Bripka AS, menegaskan pihak keluarga hanya meminta transparansi apakah korban benar bunuh diri atau dibunuh.
"Kami pertegas, kenapa mayat saat ditemukan polisi tidak ada memanggil kepala desa atau istri korban, kenapa langsung membawanya ke rumah sakit. Padahal jaraknya hanya tiga kilometer ke TKP. Jadi kami sebagai keluarga meminta harus diotopsi ulang karena masih banyak yang janggal dari kematiannya," pungkasnya.