Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. PT Bank Sumut berhasil membukukan laba sebesar Rp 204 miliar pada triwulan I-2023. Capaian tersebut membuat Bank Sumut optimis untuk bisa mencapai target laba tahun ini yang dipatok sebesar Rp 811 miliar.
"Capaian ini bisa dilihat dari segi kinerja keuangan Bank Sumut yang tetap konsisten, dan on track untuk mencapai target akhir tahun di Rp 811 miliar. Achievement juga jauh di atas, yakni 122%," kata Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi Bank Sumut, Arieta Arianti, Jumat (14/4/2023).
Arieta mengatakan, pada Triwulan I-2023, PT Bank Sumut berhasil mempertahankan aset yang mencapai Rp 41 triliun. Aset ini mengalami peningkatan 0,4% atau setara dengan Rp 16 miliar. Di sisi aset ini, Bank Sumut berhasil menduduki posisi 6 dari seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) seluruh Indonesia. Meskipun, capaian itu mengalami penurunan tipis dari yang sebelumnya berhasil merebut posisi 5.
Penurunan peringkat ini lebih karena utilisasi anggran di tahun lalu yang cukup besar. Sehingga mempengaruhi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada akhirnya mempengaruhi total aset perusahaan. Namun secara umum, total aset Bank Sumut bertumbuh.
Dari sisi kredit, secara year on year (yoy), performa meningkat 11,1%, atau setara Rp 2,836 triliun. Menurut Arieta, hal tersebut merupakan capaian yang cukup menggembirakan bagi Bank Sumut. Karena menyebabkan perusahaan menempati posisi 5 dari seluruh BPD se-Indonesia, yakni dengan mencatatkan total kredit dan pembiayaan sebesar Rp 27,3 triliun.
Dan dari sisi komposisi, kredit produktif Bank Sumut juga berhasil bertumbuh, walaupun kredit konsumsi masih mendominasi. Namun Arieta mengklaim, hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menumbuhkan kredit produktifnya. "Per Maret, kami sudah berhasil mencapai komposisi di 45 (kredit produktif), yang sebelumnya pada tahun lalu masih ada di 40%," terangnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan, Bank Sumut selalu berkomitmen untuk mencapai taget penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang secara yoy per Maret 2022 lalu berjumlah Rp 1,3 triliun. Sehingga outstanding pembiayaan KUR juga meningkat.
"Tahun ini dengan target Rp1,5 triliun, kami upayakan untuk bisa dicapai. Outstanding KUR di Maret 2023 dibandingkan Maret tahun lalu nuga cukup besar pertumbuhannya yakni mencapai 42,9%, yang sekarang ada di angka Rp 1,9 triliun," ungkap Arieta.
Kemudian dari sisi DPK, Bank Sumut sedikit mengalami penurunan yang relatif flat, yakni 0,95%. Pada Maret 2022, angka DPK Bank Sumut mencatatkan Rp34 triliun. Tapi pada Maret 2023 lalu, tercatat penurunan tipis di kisaran angka Rp 33,7 triliun.
Meski begitu, dengan kondisi perkembangan digitalisasi perusahaan, dia optimistis, Bank Sumut sudah memiliki strategi untuk meningkatkan pertumbuhan casa. Kalau dilihat via casa, komposisi DPK dari tabungan meningkat 2%, deposito masih mendominasi dengan tumbuh 12,9%, dan giro menurun 19,4% yoy. Secara umum, penurunan di DPK, menurut Arieta, dipicu oleh adanya penurunan giro. Sedangkan dari sisi deposannya, ritel masih mendominasi dengan perolehan angka 42%, pemerintah 34%, dan korporasi 24%.
"Hal ini juga sejalan dengan rencana Bank Sumut untuk menumbuhkan basis dana murah, yakni casa, dengan segmentasi retail," terang Arieta.
Lalu dari sisi rasio, Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Sumut mencapai 84,46%, dalam artian cukup sehat dengan batas secara regulasi pada angka 84-94%. Dari permodalan, ada pula Capital Adequacy Ratio (CAR), atau rasio kecukupan modal, berada di angka 21,15%. Jika dibanding tahun lalu, capaian itu sedikit meningkat dengan return total 18,98%, sementara akhir tahun lalu return di tutup pada angka 17, 24%. Sedangkan Return on Asset (ROA), posisinya tercatat berada di 2,40%.
Arieta menjelaskan, rasio profitabilitas Bank Sumut ditunjukkan melalui NIM (Net Interest Margin) dan BOPO (Biaya Operasi Pendapatan Operasi). Rasio BOPO adalah bagaimana Bank Sumut mengelola tingkat efisiensi yang tahun lalu 74,81 persen, tahun ini diturunkan menjadi 73,80 persen.
"NIM dibanding tahun lalu, maupun di Desember, kini sedikit terkoreksi, tapi NIM 6,26% ini masih cukup tinggi. Terkoreksi karena memang dari sisi cost of fund mengalami peningkatan, tingkat suku bunga di pasar meningkat," kata Arieta.
Selanjutnya dari sisi risiko kredit, Bank Sumut mecatatkan angka 2,72% NPL Gross, dan 1,31% di NPL Nett. Jika dibandingkan dengan perolehan tahun lalu secara yoy, kondisinya cukup membaik. Tapi sedikit terkoreksi jika dibandingkan dengan posisi Desember. Secara likuiditas hal ini juga tercermin dari rasio AL dibanding NCO yang berada di angka 93,04%, dengan batas ketentuan adalah 50%, dan Arieta mengaku, Bank Sumut capaiannya jauh di atas angka tersebut.
"Artinya secara tingkat likuiditas, Bank Sumut sangat likuid. Yang bisa mengcover kebutuhan penarikan. Hal itu menunjukkan tingkat rasio likuiditas yang sangat sehat," kata Arieta.