Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Gunungsitoli. Joni Waruwu (27), pemuda asal Kabupaten Nias Barat, Kepulauan Nias, Sumatera Utara nekat menempuh perjalanan sekitar 3.500 km dengan naik motor ke Jakarta.
Joni Waruwu bermaksud menemui Presiden Jokowi dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Republik Indonesia, Nadiem Makarim.
Ia memohon kepada pemerintah pusat agar Kepulauan Nias menjadi salah satu lokasi ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Cita cita mewujudkan hal ini sudah mulai direncanakan sejak mendirikan komunitas Harga Pendidikan Ono Niha sejak 3 tahun lalu.
Pemuda yang pernah kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu terpanggil memperjuangkan lokasi ujian masuk PTN di Kepulauan Nias mengingat mahalnya biaya kuliah yang dirasakannya.
Joni Waruwu mengatakan, bila dibandingkan dengan biaya kuliah di perguruan tinggi (PT) swasta dengan PTN jauh lebih murah.
Dia sadar 'touring' sepanjang 3.500 km dari Nias Barat ke Jakarta ditambah perjalanan pulang termasuk aksi nekat.
Sambil membawa spanduk ukuran 1 x 1 meter dan bendera merah putih, Joni Waruwu pun berangkat ke Jakarta mengendarai sepeda motor Honda Beat tahun 2021 pada 26 Juni 2023. Sesampai di Kota Gunungsitoli Kepulauan Nias, Joni menaiki kapal laut ke Sibolga semalaman perjalanan. Lalu berangkat lagi menuju Kota Medan.
"Saya bertolak dari Medan dengan alasan bahwa secara geografis Medan adalah ibu kota provinsi kami bagian dari Sumatera Utara," kata Joni mengisahkan perjalanannya itu kepada sejumlah wartawan, Kamis (27/7/2023).
Dari situ Joni Warsito melakukan perjalanan ke Rantau Prapat, ketika mendekati malam ia berhenti dan menginap di daerah setempat.
Besoknya, ia meneruskan perjalanan dan memilih lintas timur melewati Pekan Baru kemudian Jambi, Palembang, Lampung, Bakauheuni Merak terakhir Jakarta tiba tanggal 4 Juli 2023.
Joni yang berasal dari keluarga tidak mampu ini mengaku tidak sesat selama di perjalanan. Karena dia paham garis kuning arah jalan provinsi dilaluinya. Sebanyak 3 kali oli sepeda motornya harus diganti.
Spanduk yang dibawa bertuliskan, memohon kepada presiden agar pelaksanaan ujian masuk PTN bisa dilaksanakan di kepulauan Nias.
"Tujuan utama sebenarnya mau bertemu pak presiden di Istana Merdeka, tapi pihak Kementerian Pendidikan langsung cepat menerima audiensi kita. Keluhan kita, saya sampaikan dalam bentuk surat, diapresiasi, bagus katanya," ujar Joni.
Dikatakan, Kemendikbud Ristek menaruh atensi terhadap persoalan ini. Mereka mengatakan mudah-mudahan bisa direalisasikan pada tahun 2024.
Mereka baru berpikir, sistem ujian masuk PTN yang selama ini berlangsung di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara sudah adil ternyata tidak.
Malah pejabat pejabat di Kemendikbud Ristek tidak tahu daerah Nias itu berada di mana. Rupanya setelah dijelaskan baru tahu mereka Pulau Nias terpisah dari Pulau Sumatera dan sangat jauh dari Kota Medan.
Menurut alumni SMAN 3 Gunungsitoli ini, lokasi ujian masuk PTN jalur ujian test berbasis komputer (UTBK) dan seleksi nasional berbasis test (SNBT) sulit diakses oleh mayoritas pelajar SMA sederajat di Kepulauan Nias. Akibat lokasi pelaksanaannya cukup jauh di Kota Medan.
Hal ini menyebabkan banyak pelajar yang baru tamat dari Kepulauan Nias tidak mendapatkan kesempatan ikut ujian masuk PTN karena kesulitan biaya, pengorbanan tenaga, waktu dan resiko perjalanan yang jauh.
Daerah Tertinggal
Selain memohon kepada presiden melalui Kemendikbud Ristek agar ujian masuk PTN dilaksanakan di daerahnya, aktifis pendidikan ini juga meminta penambahan bantuan program pendidikan baik PIP dan KIP kuliah untuk pelajar di Kepulauan Nias sangat dibutuhkan.
Mengingat 4 kabupaten di Kepulauan Nias merupakan daerah yang tingkat kemiskinannya tertinggi di Provinsi Sumut dan tergolong daerah tertinggal.
"Kita memohon kepada Mendikbud Ristek untuk menyiapkan 1 lokasi pelaksanaan ujian UTBK SNBT di Kepulauan Nias serta meningkatkan akses dan kuota bantuan pendidikan untuk pelajar dan mahasiswa asal Kepulauan Nias," jelasnya.
Menurut Joni, jumlah tamatan SMA sederajat se-Kepulauan Nias mencapai 17.492 orang setiap tahun. Sementara kuota jalur undangan sebanyak 4.002 orang, itu pun tidak semua didaftarkan karena ada banyak sekolah sekolah di Kepulauan Nias yang tidak proaktif.
"Ada pihak sekolah SMA sederajat tidak tahu dan tidak peduli hal ini. Maka cara satu-satunya harapan kita melalui jalur SNBT secara adil berdasarkan kemampuan," ungkapnya.
Selain itu, akreditasi sekolah juga menentukan lolosnya anak-anak di jalur undangan. Menurutnya, paling yang lolos sekitar 250-300 orang melalui jalur undangan seluruh Kepulauan Nias
"Jadi, selebihnya masih memiliki kesempatan kedua untuk bisa masuk PTN melalui SNBT," terang alumni SMPN2 Mandreha, Kabupaten Nias Barat itu.
Tapi lagi lagi soal penyelenggaraannya di Medan. Akhirnya yang bisa mengikuti SNBT hanya sekitar 100 orang. Mengingat jauhnya lokasi ujian masuk PTN di Kota Medan, membutuhkan biaya cukup besar.
Mulai dari biaya perjalanan Gunungsitoli-Medan, penginapan, biaya hidup, belum lagi biaya jika ikut keluarga yang mendampingi yang diperkirakan memakan biaya hingga Rp 10 juta/setiap orang.
Ia menjelaskan, dari 100 orang yang bisa mengikuti ujian PTN paling yang lolos 50 orang.
Tetapi bila ujian masuk PTN juga dilakukan di Kepulauan Nias ia yakin yang ikut SNBT bisa mencapai 8.000 orang. 20 persen saja dari 8.000 orang maka yang lolos bisa mencapai 1.500-2.000 masuk PTN. Hanya dengan cara ini upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kepualuan Nias.
Joni mengungkapkan, sistem ini sudah berjalan kurang lebih 50 tahun. Kesempatan pendidikan anak-anak Nias cukup terbengkalai. Tidak memiliki kesempatan kuliah di PTN berbeda dengan anak-anak di daerah lain.
Joni berharap agar seluruh elemen mengawal perjuangan ini. Terutama pemerintah daerah di 4 kabupaten dan 1 kota se-Kepulauan Nias mau mendukung. Sebab jika dilaksanakan di Kepulauan Nias ujian masuk PTN tersebut pasti membutuhkan penganggaran dan dukungan lainnya.