Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Aktivis 98 yang juga politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko mengaku pertemuannya dengan capres Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, adalah pertemuan antar sesama pencinta Bangsa Indonesia.
Mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini tidak menyangka pertemuan itu malah menjadi inspirasi sejumlah elemen di berbagai daerah. Salah satunya menginspirasi Forum Aktivis 98 di Medan.
Hal itu dikatakannya usai menjadi pembicara dialog kebangsaan sekaligus Deklarasi Relawan Persatuan Nasional yang digagas Forum Aktivis 98 di Seulawah Kupi, Jalan Williem Iskandar, Medan, Selasa (7/8/2023)
"Saya juga terkejut, pertemuan saya dengan Prabowo rupanya menginspirasi sejumlah elemen bangsa. Dan saya diundang menjadi pembicara hari ini, termasuk karena hal itu," kata Budiman.
Terkait pertemuan dengan Prabowo itu, Budiman menjelaskan, Indonesia sekarang membutuhkan kesolidan dari semua elemen untuk menghadapi tantangan global. Dijelaskan mantan Anggota DPR RI ini, tantangan global yang dihadapi Bangsa Indonesia akan sangat sulit dihadapi jika masyarakat dan semua elemennya tidak bersatu.
"Saya bukan pesimis, tapi sekalipun kita solid, tidak mudah untuk menjawab tantangan global yang ada. Makanya kita perlu mencari kawan sebanyak-banyak. Indonesia jangan terpecah belah, harus solid. Saling merangkul untuk bisa ikut menentukan situasi global ke depannya.
Ditanya apakah pertemuan itu sebagai isyarat dirinya mendukung Prabowo Subianto, Budiman menjelaskan dirinya masih merupakan kader PDIP. Namun secara pribadi, dia berpendapat akan lebih baik bila Gerindra dan PDIP bersatu, sebagai dua kekuatan besar.
"Sekarang ini saya semakin sadar, ternyata mencari kawan itu jauh lebih sulit daripada mencari lawan. Kalau soal mendukung Prabowo, kalau secara pribadi saya ditanya, ini secara pribadi, inginnya PDIP bisa bergabung dengan Gerindra, sebagai partai nasionalis dan memiliki kekuatan yang besar. Tapi itu keinginan pribadi. Dan dalam diskusi ini, saya hadir sebagai pribadi yang mencintai bangsa ini," terang Budiman.
Ditanya soal kekecewaan sejumlah aktivis dan konsekuensi PDIP atas pertemuannya dengan Prabowo, Budiman mengaku tidak mempersoalkan itu. Dia menjelaskan pertemuan itu sebagai pertemuan untuk membahas nasionalisme bangsa.
"Tentu ada yang kecewa, tapi ada juga kelompok yang mendukung lewat tulisan-tulisan. Kalau di PDIP sendiri saya sebelum bertemu dengan Prabowo sudah berdiskusi dan tidak ada masalah karena yang dibicarakan adalah soal nasionalisme," kata Budiman.
Ditanya soal sosok Prabowo, Budiman mengakui, pendiri Partai Gerindra itu adalah pribadi yang berkualitas. Hal itu terbukti dimana Prabowo pernah menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri dan kini dipilih Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.
"Saya yakin Bu Megawati dan Pak Jokowi tidak sembarang memilih orang. Itu yang saya pahami," tegas Budiman.
Selain Budiman narasumber dialog lainnya adalah Tuan Guru Batak Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk (Mursyid Naqsyahbandiyah Babbussalam Simalungun) Tarekat Ansari Yamama ( Ketua Koordinasi Badan Muballiq Indonesia Sumut) Ansrul Anwar (Aktivis 98) M Ikhyar Velayati (Koordinator Forum Aktivis 98) Sugiat Santoso (Sekretaris DPD Gerindra Sumut).
Ketua Panitia Deklarasi dan Dialog Kebangsaan, Muhammad Ikhyar Velayati didampingi Sekretaris Panitia Asrul Anwar. Ikhyar menjelaskan
deklarasi Persatuan Nasional ini terinspirasi dengan gagasan persatuan nasional yang lahir dari pertemuan antara Capres Gerindra Prabowo Subianto dengan mantan aktivis 98 Budiman Sujatmiko.
"Prabowo dan Budiman Sujatmiko, dulu pernah bersiteru dan saling berhadap hadapan saat pelengseran Suharto. Tapi, demi kepentingan nasional yang lebih besar, utamanya untuk mengawal program dan agenda-agenda strategis nasional yang telah dirintis Presiden Jokowi untuk kemandirian bangsa, dan agar bisa lepas dari cengkraman serta rongrongan bangsa asing, Prabowo dan Budiman bertemu menggagas persatuan nasional," kata Ikhyar.