Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga sejumlah kebutuhan pangan kembali mengalami kenaikan di pekan ini. Harga cabai merah pada perdagangan awal pekan sempat menyentuh Rp 50.000/kg di sejumlah pasar di Kota Medan. Padahal pekan lalu masih sekitar Rp 32.000/kg.
Menurut Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, biasanya di awal pekan harga cabai merah ini mengalami kenaikan harga. "Biasanya berlangsung sesaat dan berbalik turun setelahnya. Namun pada hari ini penurunannya tidak signifikan. Harga cabai merah bergerak dalam rentang Rp 40.000 hingga Rp 45.000/kg," katanya, Selasa (8/8/2023).
Gunawan mengatakan, kekhawatiran pada kenaikan harga cabai merah sudah terlihat sebelumnya di bulan Maret dan April. Dimana penurunan harga yang terjadi di kala itu, telah menekan indeks produksi tanaman cabai di bawah level 100. Yang berarti harga cabai merah berpeluang untuk mengalami kenaikan. "Dan harga yang tercipta saat ini saya nilai bukan merupakan level tertingginya," katanya.
Dia menambahkan, masih ada ruang bagi kenaikan harga cabai di bulan depan. Karena indeks produksi yang terlihat di bulan Juni juga masih dibawah 100. Bahkan angkanya yang terendah sejauh ini. Sehingga potensi capaian harga tertinggi untuk cabai merah di kisaran bulan Agustus atau September nantinya. Faktor el nino dan gairah petani yang sempat melemah menjadi pemicu kenaikan harga cabai merah saat ini.
Selain cabai merah, ditemukan harga beras juga mengalami kenaikan. Ada yang naik Rp 2.000 per karung 10 kg. Dan ada temuan kenaikan Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per 30 kg, dan ada yang naik 50 per kg-nya.
"Belakangan ini kita memang dikhawatirkan oleh kebijakan India yang menutup kran ekspor berasnya. Dan hal ini memicu terjadinya kenaikan harga beras global. Di Vietnam salah satunya, dimana harga beras sudah mengalami kenaikan sejauh ini," kata Gunawan.
Namun kenaikan beras global belum tentu akan berkorelasi terhadap kenaikan harga beras di masyarakat. Selama Bulog sebagai pengendali harga beras masih memiliki stok yang cukup untuk menstabilkan harga. Dan di kuartal keempat (Oktober-Desember), pemerintah juga akan menggelontorkan beras bantuan bagi masyarakat sebanyak 10 kg per bulan bagi masyarakat yang terdata/kurang mampu.
Gunawan mengatakan, pada dasarnya demand untuk beras sendiri terkendali hingga tutup tahun nantinya. Kalau ditambah adanya stok dari Bulog yang mumpuni, seharusnya harga beras tidak ikut naik. "Dan kita juga pernah mengalami dimana harga beras stabil meskipun di luar harga beras bergejolak. Kenaikan harga beras global saat ini dipicu oleh banyak faktor, dimulai dari keluarnya Rusia dari kesepakatan ekspor biji bijian, terhambatnya ekspor pupuk dari Rusia, hingga ancaman El Nino," katanya.
Untuk itu, katanya, Bulog diharapkan bisa menjaga stabilitas harga dengan mengatur stok yang mencukupi, khususnya ditengah ancaman kenaikan harga di pasar global serta geoekonomi belakangan ini. Kalau stok mencukupi, seharusnya harga tidak naik. Dan kalau naik maka ada yang perlu ditelusuri dari rantai distribusinya. Kita berharap Satgas pangan berada di pasar saat ini untuk memantau distribusi.
Pada dasarnya, kata Gunawan, jika terjadi kenaikan biaya input produksi padi, maka kenaikan harga beras itu lumrah. Selama tidak ada perubahan kebijakan penetapan harga gabah khususnya GKG (gabah kering giiling). Tapi jika semuanya masih stabil, namun terjadi kenaikan harga beras di pasar.
"Sudah semestinya KPPU turun tangan untuk menelusuri rantai distribusinya," katanya.