Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Tertutup sudah peluang Musa Rajekshah atau yang akrab disapa Ijeck, Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara itu diusung partainya menjadi calon Gubernur Sumut pada Pilgubsu 2024.
Itu dipastikan setelah Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, menyerahkan tiket calon Gubernur Sumut dari partai beringin kepada Bobby Nasution, Wali Kota Medan, yang merupakan kader Partai Gerindra pada Rabu (19/6/2024) di Jakarta.
Ijeck sebelumnya digadang-gadang maju sebagai calon Gubernur Sumut dari Partai Golkar. Itu dalam beberapa tahun terakhir, kerap disampaikan kader dan pengurus Golkar Sumut.
Bahkan Ijeck pun telah menegaskan kesiapan maju bertarung sebagai calon gubernur di Pilgubsu 2024. Itu ia sampaikan pada saat halalbihalal Golkar Sumut di Medan, Sabtu (27/4/2024).
"Saya mengucapkan bismillah, saya siap untuk maju untuk menjadi calon Gubernur Sumut," ujar Ijeck kala itu.
Sejumlah pihak pun memberi komentar atas rekomendasi dukungan Golkar kepada Bobby Nasution, menantu Presiden RI Joko Widodo itu.
Di antaranya kader senior Golkar Sumut, Prof Dr KRT H Hardi Mulyono yang menunjukkan reaksi keras. Dia mengaku kecewa atas pemberian dukungan Golkar kepada Bobby.
Betapa tidak, kata Hardi Mulyono, keputusan Partai Golkar tersebut menurutnya telah melecehkan kerja keras seluruh kader Golkar Sumut yang selama ini turut berjuang membesarkan partai.
Bahkan keputusan DPP Golkar itu menurut Hardi Mulyono, mantan Sekretaris Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar Sumut itu, sangat menyakiti hati kader.
Sebab, Golkar Sumut memiliki kader terbaiknya untuk diusung maju pada Pilgubsu 27 November 2024.
"Keputusan DPP Golkar telah melecehkan kerja keras seluruh kader Golkar Sumut di dalam membesarkan partai Golkar, sehingga menjadi pemenang pada Pileg 2024 lalu," kata Hardi Mulyono kepada wartawan di Medan, Jumat (21/6/2024).
Apalagi jauh-jauh hari sebelum rekomendasi dukungan diserahkan kepada Bobby, kata Hardi Mulyono, Golkar telah memberikan surat tugas sebagai bakal calon Gubernur Sumut kepada Ijeck, termasuk kepada Bobby.
Namun pada Juni 2024, Bobby Nasution mendaftar menjadi anggota Partai Gerindra dan mendapat dukungan Gerindra sebagai Balon Gubsu. Namun, pada akhirnya DPP Golkar memutuskan ikut mendukung Bobby Nasution.
Karena itu kata Hardi lagi, sikap DPP Golkar tersebut jelas sebuah pelecehan. Tidak saja kepada Ijeck yang telah berhasil membawa Partai Golkar sebagai pemenang pada Pileg 2024, tetapi juga pelecehan terhadap seluruh kader Golkar Sumut. ‘
"Karena para kader telah bersama-sama berjuang membesarkan Partai Golkar Sumut," tegas Hardi, yang juga mantan anggota DPRD Medan dan DPRD Sumut itu.
Kekecewaan para kader Golkar Sumut, jelas Hardi lebih lanjut, semakin membesar karena hasil survei yang tidak pernah diberitahu kepada para keder. Padahal, konon katanya, hal itu yang menjadi rujukan Keputusan DPP Golkar.
"Kita tidak tau, bagaimana bentuk survei yang dilakukan itu, bagaimana hasil survei sesungguhnya," ujar Hardi Mulyono, mantan Rektor Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Medan tersebut.
Hardi merasa sangat heran, mengapa DPP Partai Golkar tidak mendukung kader terbaiknya sendiri. Padahal, Golkar Sumut adalah partai pemenang pada Pileg 2024. "Jelas sekali, DPP Partai Golkar telah melecehkan dan bertindak semena-mena, yang mungkin saja dikarenakan sarat dengan kepentingan tertentu," sebutnya.
Terkait Keputusan DPP Partai Golkar tersebut, Hardi Mulyono, mengaku tegas menolaknya. Diapun mengaku sedang mempertimbangkan akan keluar dari keanggotaan Partai Golkar.
"Kalau kader yang lain, saya tidak tau persis apakah mereka akan menolak atau diam saja, karena menjadi kader penakut,” ujarnya.
Hardi menyebutkan, sesungguhnya akan lebih elegan dan terlihat fair jika DPP Partai Golkar tetap mengusung Ijeck sebagai Balon Gubsu, untuk ‘bertarung’ dengan Bobby Nasution. ‘’Tokoh Bobby Nasution, sudah didukung oleh Gerindra, Demokrat dan PAN,’’ tambahnya.
Atas keputusan ini, Hardi mendesak Ketum DPP Partai Golkar Airlangga Hartanto. Yang pertama, untuk membatalkan pencalonan Bobby Nasution. Karena alasannya sangat subjektif, yakni untuk kepentingannya sendiri.
Alasan kedua, Airlangga Hartanto harus memperjuangkan posisi jabatan yang lebih tinggi kepada Ketua DPD Golkar Sumut, mengingat kerja keras dan pengorbanannya untuk memenangkan Partai Golkar di Sumut. "Jika tidak, berarti benarlah Airlangga Hartanto itu pemimpin yang tak bisa dipercaya," tegas Hardi Mulyono.
Sementara itu Pengamat Politik Sumut, Rafriandi Nasution, mengungkapkan kehadiran Ijeck saat penyerahan rekomendasi dukungan Golkar kepada Bobby, menunjukkan kebesaran hati dan loyalitas kepada partai Golkar.
Namun seharusnya, kata Rafriandi, Ijeck layak didukung Golkar di Pilgub Sumut, karena membawa partai berlambang beringin itu, memenangkan Pemilu 2024 di Sumut.
"Musa Rajeksah atau Ijeck sudah menunjukan loyalitas dan dedikasi, serta disiplin organisasi Golkar kehadapan petinggi Golkar dan Presiden Jokowi dan masyarakat Sumatera Utara," kata Rafriandi, Kamis 20 Juni 2024.
Rafriandi mengungkapkan arus bawah dan elit politik Partai Golkar di Sumut, banyak mendesak Ijeck untuk maju di Pilgub Sumut 2024. Kemudian Ijeck yang juga mantan Wakil Gubernur Sumut itu, sudah mengambil formulir pendaftaran Bacalon Gubernur Sumut ke sejumlah partai politik.
"Tidak mudah juga menjadi politisi yang incumbent sebagai Wagub Sumut, menyikapi antara desakan arus bawah Golkar dan sebagai Ketua Partai Golkar Sumut," jelas pengamat asal Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) itu.
Terkait dukungan Golkar kepada Bobby Nasution di Pilgub Sumut 2024, Rafriandi mengatakan hal itu adalah pilihan yang realistis didua poros kekuasaan, yakni pada pemerintahan Presiden Jokowi proses Pilkada dan di Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada saat Pilkada nantinya.
"Kita ucapkan selamat kepada Bobby Nasution yang sudah resmi mendapatkan dukungan Golkar. Kemudian selamat kepada Musa Rajekshah sebagai anggota DPR RI," sebutnya.
Rafriandi mengatakan sosok Ijeck akan menjadi perhitungan dalam Pilkada Sumut. Termasuk di Pilgub Sumut tahun 2029. Ia yakin Ijeck akan mempersiapkan diri secara maksimal kembali.
"Pada saatnya 2029, masih ada Pilkada yang saat itu, sudah mantap secara popularitas, elektabilitas dan mobilitas publik lebih mudah di agregasi," ujar Rafriandi.