Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Seorang teman asal Suriah yang kini bermukim di Guangzhou dan beristrikan anak Medan, tahun lalu saat menjamu makan malam MedanBisnis di sebuah restoran Arab di tengah Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong China memiliki kebiasaan aneh. Ia tidak minum setelah makan. Padahal yang dimakan tergolong menu berat, sate daging, kari daging, tumisan, tak ada sayur berkuah rebusan seperti di Indonesia. Ia mengaku kebiasaan tidak minum sesudah makan ini sudah lama diamalkannya. Menurutnya, meminum air setelah makan akan membuat perut buncit. Benarkah? Yang pasti, perutnya memang rata.
Di Singapura, tak sedikit pula warga yang biasa makan tanpa minum. Di beberapa pusat makanan dan minuman kota singa yang MedanBisnis sambangi akhir pekan kemarin, tampak sejumlah pelanggan makan tidak disertai dengan minuman. Salah satunya di food court yang terletak di dasar Lucky Plaza -mal dan juga penginapan di tepi jalan Orchard Road yang sangat familiar dengan wisatawan dari Indonesia. Kala itu waktunya makan siang tapi sudah kesiangan karena sudah pukul 14.00 waktu Singapura. Sedikitnya ada separuh dari pengunjung hanya memesan makanan tanpa minum atau sebaliknya memesan minuman tanpa makan.
Food court di lantai dasar Lucky Plaza ini seperti jamaknya food court di mal-mal menyediakan outlet makanan dan minuman yang beragam. Dari outlet yang ada, dua di antaranya menyasar pengunjung dari Indonesia karena menyediakan masakan Padang dan masakan Indonesia. Pelayannya pun orang Indonesia. Sedangkan di lantai atas ada restoran ayam penyet terkenal asal Indonesia. Selebihnya outlet makanan Oriental dan Western.
Mengapa sebagian dari pengunjung tidak memesan minuman padahal yang dimakan menu utama (main course)? Adakah karena supaya tidak buncit juga? Sebab faktanya memang banyak orang kantoran, terutama yang masih fresh- baik pria maupun wanita- memiliki tubuh yang slim layaknya seorang model.
Ternyata bukan itu satu-satunya alasan mengapa orang Singapura terutama yang ngantor memilih tidak minum. Eleane (28) seorang karyawati pada sebuah lembaga finansial dan peranakan China dan Amerika yang MedanBisnis tanyai mengatakan bahwa memang pekerja pekerja muda Singapura seperti dia selalui menjaga penampilan dan menghindari perut buncit.
Lepas bekerja, mereka menyempatkan untuk ikut gym atau olahraga jogging dan lari di sepanjang tepi jalan seperti di kawasan North Bridge Road, Marina Bay hingga Raffles. Tapi soal tidak minum setelah makan menurutnya bukan soal menghindari buncit melainkan biar irit. Ini karena air terbilang mahal di Singapura.
Di Singapura, sebotol air minum mineral ukuran 600 ml di kawasan perkantoran termasuk di Orchard Road yang sohor harganya 2 dolar Singapura atau jika dikurs ke rupiah berkisar Rp 19.500. 1 dolar Singapura pekan lalu Rp 9.260. Harga ini relatif sama dengan harga sebotol air mineral ukuran yang sama di Tokyo, Jepang. Padahal di Indonesia sebotol Aqua 600 ml baru Rp 2.500 sampai Rp 3.000 di minimarket dan kios-kios.
Jadi memang tak usah heran, seperti terlihat di dalam kereta MRT hampir semua karyawati membawa minuman dalam termos kedap. Tetapi tentu saja termos berisi air itu tidak dibawa ke resto karena pengelola resto melarang membawa makanan dan minuman dari luar. Dan air di Singapura konon steril untuk langsung diminum tanpa harus dimasak.
Di Bandara Changi, baik di Terminal 1,2 dan 3, pihak bandara juga menyediakan air siap minum. Jika Anda baru tiba dan ingin berhemat, begitu keluar dari pemeriksaan imigrasi siapkan saja botol kosong lalu isi air yang biasanya tersedia dekat pintu masuk rest-room. (dc) (diurnanta qelanaputra)