MedanBisnis - Medan. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Medan terus menggenjot pengelolaan lahan kosong (lahan tidur) di Kota Medan. Apalagi dari hasil pendataan terbaru, ada sekitar 100 hektare lahan tidur di Medan dari sebelumnya 80 hektare.
Sejauh ini, program yang digulirkan sejak tahun 2016 dan mulai berjalan efektif pada awal tahun 2017, sudah mengelola sekitar 15 hektare.
Ketua HKTI Kota Medan Sony Batubara mengatakan, lahan yang dikelola seluas 15 hektare berlokasi di Johor, Sunggal dan Jalan Pramuka Medan.
"Lahan-lahan itu ditanami jagung manis. Saat ini, memang tanaman yang dipilih adalah yang berumur pendek dan sudah ada jaminan pasarnya. Karena kami juga bekerja sama dengan koperasi tani yang siap menampung seluruh hasil panen petani dari lahan tidur ini," katanya, di Medan, Kamis (14/9).
Menurut Sony, lahan yang akan dikelola dalam waktu dekat juga berlokasi di Sunggal. Pengelolanya masih petani yang merupakan anggota HKTI Medan. Namun, pihaknya juga sedang menawarkan lahan kepada masyarakat terutama para pensiunan.
Target pensiunan ini, kata Sony, karena dinilai lebih berpeluang untuk "berkebun" dibanding masyarakat yang masih aktif bekerja.
Lahan-lahan menganggur alias tidur yang masuk radar pendataan HKTI Medan adalah milik Pemerintah Kota (Pemko) Medan, perusahaan-perusahaan BUMN maupun BUMD, dan lahan milik perusahaan/lambaga swasta.
Jumlah 100 hektare, menurut Sony, sudah termasuk yang berada di pinggiran dan merupakan perbatasan dengan kabupaten/kota lainnya.
Meski sebagian besar masih dalam proses untuk penyewaan, tapi komitmen HKTI untuk mempercepat pemanfaatan lahan cukup tinggi. Hal itu untuk membantu kemandirian pangan di Medan.
Karena semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian ke pemukiman (perumahan), membuat pasokan pangan Kota Medan kini bersumber dari daerah lain. Hal ini pun sangat mempengaruhi harga pangan karena harus menghitung biaya angkut (logistik) lagi.
"Lahan kan kami sewa selama satu tahun. Makanya tanaman yang dipilih yang berumur pendek dan merupakan kebutuhan sehari-hari. Tentu kami berharap program ini berjalan lancar. Karena sampai akhir tahun, sedikitnya 50-60 hektare sudah dikelola," kata Sony.
Menurut pengamat pertanian Sumut Abdul Rauf, program pemanfaatan lahan tidur di Kota Medan ini sangat bagus. Apalagi jika disertai dengan program berbasis masyarakat, terutama generasi muda.
"Jika diusung dengan konsep urban farming yang layak aplikasi dan bukan yang berteknologi tinggi, akan lebih berhasil guna dan tepat sasaran. Tentunya akan bisa berkontribusi pada ketersediaan pangan di Kota Medan," katanya. (elvidaris simamora)