Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis
- Jepara. Besarnya kebutuhan pakan dalam kegiatan budidaya ikan
termasuk kebutuhan mikro-alga sebagai pakan alami benih ikan atau udang
pada fase pembenihan, mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
mengembangkan tepung ikan berbahan baku Spirulina.
Tidak hanya itu, agar dapat diproduksi secara massal dan dilakukan langsung oleh pembudidaya ikan, maka telah dikembangkan juga teknologi pembuatan tepung Spirulina berskala rumah tangga.
Selama ini, guna memenuhi kebutuhan tepung spirulina untuk kegiatan budidaya ikan khususnya udang, masih impor dari India dan China. Melalui inovasi ini diharapkan dapat menekan kebutuhan tepung spirulina impor.
Perekayasa Madya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP Lisa Ruliaty, telah berhasil mengembangkan inovasi teknologi produksi tepung spirulina secara sederhana di tingkat pembudidaya ikan atau skala rumah tangga.
Sehingga, mereka mampu menyediakan kebutuhan pakan tambahan bagi benih ikan atau udang secara mandiri. “Teknologi ini juga dapat dijadikan usaha alternatif bagi pembudidaya ikan maupun masyarakat umum,” kata Lisa sebagaiman siaran pers yang dikirim Humas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Senin (27/8).
Atas jasanya ini, Lisa mendapatkan penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI, yang diserahkan saat perayaan HUT RI ke-73 lalu.
Sebagai informasi, spirulina merupakan jenis mikroalga yang sangat potensial sebagai sumber makanan alami baik untuk hewan maupun manusia. Kandungan protein di dalamnya mencapai 55-70%, lipid 4-6%, karbohidrat 17-25%, asam lemak tidak jenuh majemuk seperti asam linoleat dan linolenat, beberapa vitamin seperti asam nikotinat, vitamin B2, vitamin B1, vitamin B12, mineral, asam-asam amino, dan bahan aktif lainnya.
Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, sangat mengaspresiasi keberhasilan inovasi itu. Menurutnya, inovasi ini dapat mengatasi masalah impor tepung spirulina di Indonesia yang selama ini digunakan di tingkat pembudidaya ikan berasal dari India dan Cina.
“KKP terus mendorong pengembangan inovasi ini karena usaha tersebut dapat dilakukan skala rumah tangga dengan modal yang kecil, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan,” tambah Slamet.
Menurut Slamet, inovasi teknologi kultur spirulina skala rumah tangga juga merupakan bagian dari gerakan pakan mandiri (GERPARI) untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi pakan dalam usaha pembudidayaan ikan.
Teknologi ini telah diaplikasikan pada pelaku pembibitan ikan hias dan ikan lele di Kabupaten Bandung dan Purworejo serta dalam proses pengembangan oleh “planktonshop” di Purworejo dan Gresik dengan melakukan modifikasi pengeringan pasta spirulina.
Aji Subakti, pembudidaya ikan di Kota Bandung yang sudah melakukan teknologi kultur spirulina ini, berpendapat bahwa budidaya spirulina dapat dijadikan sebagai pakan benih ikan hias dan ikan lele, sehingga biaya produksi pakan dapat ditekan. (junita sianturi/ril)