Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KTT G20 sudah berakhir, kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menjadi kesepakatan yang akan merubah arah pergerakan pasar pada perdagangan hari ini dan ke depan nantinya.
Keduanya sepakat untuk menunda kebijakan kenaikan tarif setidaknya dalam waktu 90 hari mendatang. Pertemuan tersebut akan menjadi sejarah baru bagi perang dagang, serta bisa membuat pasar berbalik setelah selama beberapa bulan terakhir terus dilanda tekanan jual.
Walau demikian, tuntutan AS tersebut masih menyimpan potensi terjadinya perang dagang lanjutan ke depan, di mana AS tetap memperjuangkan hambatan non tarif, kekayaan intelektual serta terjadinya pencurian cyber. Syarat yang ditetapkan oleh AS tersebut tetap perlu menjadi perhatian pelaku pasar karena perang dagang sewaktu waktu bisa saja kembali mencuat.
Sisi positif dari pertemuan antara AS dan China tersebut akan membuat pelaku pasar menjadi lebih berani untuk kembali ke pasar keuangan. Diperkirakan indeks harga saham gabungan maupun sejumlah indeks kerja bursa global akan kembali mengalami kenaikan.
Sementara itu, pertemuan antara AS dan China sebelumnya diharapkan mampu menggiring pergerakan mata uang rupiah untuk menguat terhadap mata uang dolar AS.
Kinerja pasar keuangan domestik diperkirakan akan membaik. Dan ke depan, perekonomian global akan menunjukkan kinerja yang positif, seiring meredanya perang dagang yang mampu mendorong terjadinya akselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kita berharap kondisi pasar setelah pertemuan kedua pemimpin besar tersebut akan lebih baik.
Volatilitas di pasar keuangan mengalami penurunan. Tren perkembangan kinerja akan masuk ke jalur hijau. Dari sekian banyak isu yang berkembang tersebut, saya menilai ada potensi sejumlah indikator makro ekonomi nasional akan berubah.
Kita berharap CAD akan membaik. Stimulan dari perubahan ekonomi global menjadi pendorong agar ekspor nasional bisa mengalami pemulihan.
Sebelumnya, jika tidak terjadi kesepakatan antara AS dengan China, maka yang dikhawatirkan adalah adanya tekanan lanjutan pada pasar keuangan nasional. Hal ini sangat terlihat dari respons yang kerap diambil pelaku pasar manakala ada isu yang berkembang terkait dengan memburuknya hubungan dagang antara AS dengan China.
Pasar kerap bereaksi dan berakhir pada tekanan jual yang mengakibatkan terjadinya pembalikan arah, baik yang terjadi pada kinerja indeks saham maupun mata uang. Dengan kesepakatan ini, diharapkan ketegangan yang terjadi di pasar keuangan kita bisa memudar. Dan diharapkan mampu menjadi stimulan bagi pembuat kebijakan untuk melakukan penyesuaian kondisi ekonomi yang tengah berlangsung.
Jika dilihat dari sisi siapa yang diuntungkan, saya menilai upaya Presiden AS Donald Trump selama melakukan perang dagang dengan China, membuat AS setidaknya mampu “melunakkan China”. Saya menilai, AS lebih bisa dianggap sebagai pemenang dalam perang dagang tersebut. Sejumlah isu kenaikan tarif sebelumnya yang dilakukan, membuahkan hasil saat ini.
Walaupun pada dasarnya kenaikan tarif tersebut terpaksa harus ditunda saat ini, namun, AS dalam konteks ini terlihat menjadi pihak yang mampu mengarahkan lawan dagangnya untuk mengikuti apa yang menjadi kemauan AS dari awal. Di mana ada upaya dari China untuk “membantu” AS menyeimbangkan neraca dagang AS.
Dimana AS sepakat untuk tidak menaikkan tarif, dan China sepakat untuk membeli produk-produk pertanian dari AS. Di sisi lain, dibatalkan pertemuan antara AS dengan Rusia saya pikir tidak memberikan efek besar bagi perekonomian global.
Gunawan Benjamin, pengamat ekonomi, alumnus UGM Yogyakarta, bekerja sebagai dosen dan analis di salah satu perusahaan sekuritas di Kota Medan.